Surabaya (ANTARA News) - Anggota Komisi C Bidang Pembangunan DPRD Kota Surabaya, Jawa Timur, Vinsensius Awey menyatakan saluran air yang tidak terkoneksi menjadi penyebab banjir di Kota Pahlawan, Jumat.

Ia mengatakan hujan deras yang mengguyur Kota Surabaya mulai Jumat pagi hingga sore menyebabkan banjir di sejumlah kawasan Kota Surabaya.

Banjir terjadi akibat pembangunan saluran air belum terintegrasi. "Saluran air primer, sekunder, dan tersier tidak terkoneksi dengan baik sehingga terjadi bottleneck," katanya.

Awey mencontohkan pembangunan proyek saluran air di kawasan Jalan Raya Made. Di wilayah itu, pembanguan saluran yang berlangsung selama 2 tahun, pengerjaannya hanya berjalan seperempat dari proyek yang harus diselesaikan.

"Yang disentuh saluran permukiman dulu lewat jasmas. Akhirnya kan saluran di jalan raya tidak mampu menampung aliran dari permukiman," katanya.

Ia berharap proses pembanguann saluran berkelanjutan, agar bisa mengendalikan banjir di kawasan yang selama ini langganan banjir. Selain itu, kegiatan pembersihan saluran juga harus intensif dilakukan supaya bisa kapasitasnya bertambah.

"Surabaya ini kan letaknya agak rendah, jika air laut pasang saluran yang ada tidak mampu menampung aliran air," katanya.

Awey menegaskan untuk menanggulangi banjir, sistem drainase masterplan harus terencana dengan baik, berkesinambungan, tidak sporadis.

"Jangan harap warga Surabaya tidur dengan tenang pada musim hujan, jika cara kerja sporadis. Mereka (SKPD) punya peta banjir. Tiap tahun kami dikasih data, benar tidaknya kami tidak tahu," kata Awey.

Pada 2017, anggaran Dinas Pekerjaan Umum Bina Marga dan Pematusan (PUBMP) Surabaya sebesar Rp1.058 triliun. Hingga Oktober terserap Rp438,3 miliar atau 41,4 persen. Anggaran tersebut menurun dari tahun sebelumnya yang mencapai Rp1,26 triliun karena dalam bidang pembangunan infrastruktur pemukiman beralih ke Dinas Perumahan Rakyat Cipta Karya dan Tata Ruang.

Awey mengatakan dari alokasi anggaran yang ada kegiatan Dinas PUBMP adalah untuk pembangunan dan penyediaan sarana praasarana pematusan sepanjang 10.000 m2, pemeliharaan saluran drainase dan bozem kurang lebih 250.000 m2.

"Termasuk peningkatan kapasitas rumah pompa dari yang sudah tersedia, seperti di Kandangan, Kebon Agung, Tambak Wedi, Kalisari, Simolawang dan Kalijudan," katanya.

Pembangunan saluran drainase primer maupun sekunder berada di Sukolilo Larangan, Margo Mulyo Indah IV, Asem Mulyo, Simokerto, Karang Tembok, Tanjung Sari, Simo Kwagean, Dupak Rukun, Keputih dan lain-lain.

"Anggaran untuk pembangunan maupun pemeliharaan saluran drainase sekitar Rp300 miliar," katanya.

Namun demikian, ia menyatakan pembangunan rumah pompa di petekan yang dilengkapi dengan pintu air dengan kapasitas 24 m3 menggunakan dana APBN hingga saat ini belum terlaksana. Padahal sesuai rencana dilaksanakan pada 2017.

(T.A052/N002)

Pewarta: Abdul Hakim
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2017