Jakarta (ANTARA News) - Pemerintah Provinsi DKI Jakarta mempersiapkan sejumlah langkah untuk menekan penyebaran penyakit difteri.

Di Jakarta, kasus penyakit difteri ini semakin meningkat setiap tahunnya. Dinas Kesehatan Pemprov DKI Jakarta telah melaksanakan program Outbreak Response Immunization (ORI) penyakit difteri secara serentak di sejumlah wilayah,.

Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan mengatakan, penderita penyakit difteri di Jakarta meningkat tiap tahunnya.

"Pada 2016 terdapat 17 kasus dengan satu kasus kematian, sedangkan tahun 2017 meningkat menjadi sebanyak 25 kasus dengan 2 kematian. Dalam empat tahun terakhir, 2017 jumlahnya paling tinggi," kata Anies di Balaikota DKI Jakarta, Jumat.

Anies mengatakan melalui dinas kesehatan melalui Puskesmas dan Sudinkes wilayah setempat sudah melakukan penyelidikan epidemologi dan memberikan obat profilaksis untuk semua orang yang memiliki kontak dengan penderita.

Selain itu, juga telah dilaksanakan program ORI difteri di Jakarta Barat dan Jakarta Utara. Teknisnya, ORI dilakukan sebanyak tiga putaran dengan sasaran anak usia satu hingga 19 tahun dengan interval nol, satu dan enam bulan.

"Penyuntikan ORI dimulai serentak di Jakarta Barat dan Jakarta Utara mulai minggu kedua bulan Desember 2017 untuk putaran pertama. Lalu bulan minggu kedua bulan Januari tahun 2018 untuk putaran kedua dan bulan Juni minggu kedua tahun 2018 untuk putaran ketiga," kata Anies.

Program ORI dilakukan dengan kerja sama lintas sektor melibatkan Diskominfomas, Dinas Sosial, Dinas PPAPP, Dinas Pendidikan, Biro Tata Pemerintahan, Biro Kesejahteraan Sosial, para wali kota, camat dan lurah, tokoh lintas Agama serta RT, RW, Tim PKK dan Kader kesehatan yang ada di wilayah, katanya.

"Pelaksanaan ORI ini juga membutuhkan peran aktif dari masyarakat untuk membantu memberikan perlindungan dan memutus rantai penularan dari penyakit difteri," kata Anies.

Seperti diketahui, penyakit difteri adalah penyakit infeksi yang sangat menular yang disebabkan oleh bakteri Corynebacterium Diphteriae.

Penyakit ini memiliki masa inkubasi 2-5 hari dan akan menular selama 2-4 minggu, memiliki gejala antara lain demam, batuk, sulit menelan, selaput putih abu-abu (pseudomembran), pembengkakan pada leher, sulit bernafas.

Penyakit ini sangat menular dan dapat menyebabkan kematian jika tidak ditangani secara cepat. Namun penyakit ini dapat dicegah dengan imunisasi rutin yang lengkap (imunisasi dasar pada usia dua bulan, empat bulan dan enam bulan, 18-24 bulan dan usia sekolah dasar. 

Pewarta: Susylo Asmalyah
Editor: Tasrief Tarmizi
Copyright © ANTARA 2017