Jakarta (ANTARA News) - Hari pertama di 2018 baru dimulai, penggemar musik Indonesia mendapat salam perpisahan dari salah satu majalah yang menjadi rujukan untuk informasi musik, Rolling Stone.




“Pada hari ini PT a&e Media sebagai penerbit majalah Rolling Stone Indonesia dan situs Rolling Stone Indonesia mengumumkan bahwa mulai 1 Januari 2018 kami tidak memegang lisensi majalah Rolling Stone Indonesia dan situs Rolling Stone Indonesia untuk beroperasi di wilayah Indonesia,” demikian bunyi pengumuman di laman rollingstone.co.id.




Eddie Soebari, selaku Ketua a&e Media, kepada ANTARA News membenarkan penutupan majalah musik cabang dari Amerika Serikat, yang sudah terbit sejak 2005.




“Efektif per 1 Januari 2018, lisensi penerbitan majalah dan situs Rolling Stone Indonesia, yang semula kami miliki di bawah PT a&e Media, telah kami kembalikan kepada principal kami, yaitu Rolling Stone yang berbasis di Amerika Serikat maupun Rolling Stone International,” kata Eddia melalui pesan elektronik.




Pengumuman ini keluar setelah beberapa nama yang mengasuh majalah musik tersebut, mengumumkan perpisahan melalui media sosial.




Pengamat musik yang selama ini menjadi Pemimpin Redaksi Rolling Stone Indonesia, Adib Hidayat, mengumumkan di Twitter ia tidak lagi menulis di majalah tersebut.




“Tanggal 29 Desember 2017 menjadi hari terakhir saya bekerja di Rolling Stone Indonesia. Terimakasih untuk semua pihak yang telah banyak membantu kami selama lebih dari 12 tahun ini,” kata @AdibHidayat.




Rolling Stone bukan satu-satunya majalah yang say goodbye pada 2017, pertengahan tahun, majalah Hai tidak lagi terbit, namun, beralih ke platform dalam jaringan.




Rolling Stone Indonesia menyikapi perubahan industri media dalam negeri yang cepat, dengan tidak lagi mengadopsi izin dari terbitan Amerika Serikat, baik untuk versi cetak maupun daring.




“Industri media yang tengah mengalami perubahan begitu cepat menyebabkan kelesuan pada sisi usahanya secara keseluruhan. Perubahan ini sedikit-banyak mempengaruhi ‘infrastruktur’ di sektor industri media,” kata Eddie.




“Menurut kami, langkah ini adalah pilihan terbaik dalam menyikapi perubahan industri yang tengah terjadi saat ini,” dia melanjutkan.




Referensi musik

Bagi penyuka skena musik lokal maupun internasional, terutama musik independen Tanah Air, Rolling Stone menjadi salah satu sumber informasi yang mendalam.




Selama 12 tahun terbit, Rolling Stone Indonesia menyajikan ulasan pagelaran musik terkini, menyoroti perubahan industri musik, pergeseran genre dari tahun ke tahun, hingga trivia mengenai musisi.




Sekedar mengingatkan, Rolling Stone majalah ditulis tanpa “s” di akhir, agar tidak tertukar dengan band legendaris The Rolling Stones.




Edisi perdana Rolling Stone Indonesia menampilkan legenda reggae, Bob Marley di sampul depan, terbit perdana pada pertengahan 2005.




Legenda reggae Bob Marley menjadi sampul depan edisi pertama majalah Rolling Stone Indonesia, terbit pada 2005. (ANTARA News/ Dokumentasi Eddie Soebari) (ANTARA News/ Dokumentasi Eddie)



Edisi 152, edisi terakhir, Rolling Stone Indonesia mengangkat tema fotografi musisi maupun aktor yang pernah mereka bahas dalam majalah dari tahun ke tahun.




Menurut Eddie, sampul terakhir dirancang demikian sebagai dedikasi terakhir mereka untuk industri musik Indonesia.




“Terima kasih tak terhingga dari keluarga Rolling Stone Indonesia kepada para pembaca, klien, relasi, pemusik, band, label, kontributor, dan seluruh pihak yang telah membantu kami dalam perjalanan 12 tahun ini,” demikian penutup salam perpisahan dari Rolling Stone Indonesia.




Sampul depan edisi terakhir majalah Rolling Stone Indonesia, terbit Desember 2017. (ANTARA News/ Dokumentasi Eddie Soebari) (ANTARA News/ Dokumentasi Eddie)

Editor: Unggul Tri Ratomo
Copyright © ANTARA 2018