...kami ini ingin bertemu dengan pak Gubernur untuk membicarakan rencana kami dalam melakukan ekspansi lahan pembibitan sapi dengan teknologi modern di Kabupaten Sumba Timur dari semula 986 hektare menjadi 10.000 hektare,"
Kupang (ANTARA News)- PT. Asiabeef Biofarma Indonesia perusahaan Brasil memperluas lahan untuk pembibitan sapi dengan teknologi modern di Kabupaten Sumba Timur, NTT, kata Direktur PT Asiabeef Biofarma Indonesia, James Jerry Huang, di Kupang. Kamis.

"Jadi kedatangan kami ini ingin bertemu dengan pak Gubernur untuk membicarakan rencana kami dalam melakukan ekspansi lahan pembibitan sapi dengan teknologi modern di Kabupaten Sumba Timur dari semula 986 hektare menjadi 10.000 hektare," katanya kepada wartawan di Kupang.

Hal ini karena lanjutnya lahan usaha yang ada sekarang di Sumba Timur sudah sangat terbatas untuk populasi ternak sapi yang tengah dikembangkan oleh perusahan yang berpusat di Brasil itu.

Lahan tersebut dari perhitungannya masuk dalam kawasan hutan lindung di daerah Sumba Timur. Namun sudah ada kajian yang telah dilakukan dan sudah mendapatkan persetujuan dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan RI.

"Hanya saja terkendala soal rekomendasi yang harus dikeluarkan oleh Gubernur NTT. Kedatangan kami untuk meminta bantuan dan dukungan pak Gubernur mengeluarkan rekomendasi persetujuan izin pinjam pakai kawasan hutan lindung seluas 10.000 hektare, di Sumba Timur untuk disampaikan ke Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) RI," ujarnya.

Ia mengaku bahwa saat ini hasil yang diperoleh dari pembibitan sapi di daerah itu sudah sangat besar. Dan menurutnya memilki prospek baik dalam jangka waktu 10 tahun.

Sebab sejak tahun 2014 saat perusahaan tersebut pertama kali berinvestasi di Sumba Timur sampai dengan saat ini pihaknya sudah memiliki 701 ekor sapi lokal yang disebarkan dengan pola reins, di desa Lailanjang, kecamatan Rinding, kabupaten Sumba Timur.

Gubernur NTT Frans Lebu Raya, menyetujui langkah dan upaya PT Asiabeef Biofarma Indonesia untuk melakukan ekspansi kegiatan pembibitan dan penggemukan sapi di Sumba Timur.

"Prinsipnya saya berikan dukungan dan saya berpikir kegiatan usaha saat ini di atas lahan 900-an hektare tidak cukup. Kalau bisa seluas-luasnya," kata Gubernur Frans.

Bahkan didampingi Kepala Dinas Penanaman Modal dan PTSP (DPMPTSP) NTT, Semuel Rebo, orang nomor satu di NTT itu meminta PT Asiabeef untuk memerluas jaringannya hingga ke pulau Timor.

"Kalau di Sumba tidak cukup lahan maka saya ajak masuk ke Timor. Kalau di Flores memiliki tanah vulkanik tentu tidak bisa, tapi untuk pakan ternak banyak di Flores," ajak Lebu Raya.

Sementara itu Kepala Dinas DPMPTSP NTT, Semuel Rebo, mengatakan PT Asiabeef Biofarma Indonesia menjadi satu-satunya perusahan asing yang serius berinvestasi di Provinsi NTT.

Lahan peternakan seluas 986 hektare di Sumba Timur telah dibangun pagar seluruhnya. Sekitar 300 hektare lahan ditanam rumput yang didatangkan dari Brasil untuk pakan ternak. Juga mimiliki dua mesin kebiri sapi jantan untuk penggemukan.

Menurut Semuel Rebo, PT Asiabeef juga mempunyai satu program, yaitu corporate Social Rensposibility (CSR) dengan membangun gedung balai diklat di atas lahan seluas 25 hektare. Balai diklat ini untuk memberikan pelatihan kepada masyarakat menjadi petani dan peternak yang handal.

Lanjut Semuel Rebo, program CSR ini akan bekerja sama dengan Universitas Nusa Cendana Kupang memberikan pelatihan tentang bagaimana pola pemanfaatan lahan kering.

PT Asiabeef Biofarma Indonesia sejak tahun 2014 telah menginvestasi pembibitan sapi di Sumba Timur dengan nilai investasi mencapai Rp27,8 miliar. Sedangkan tenaga kerja yang diserap sebanyak 100 orang di atas lahan seluas 986 hektare.

PT Asiabeef Biofarma Indonesia memiliki target dalam pembibitan dan penggemukan ternak sapi di atas lahan 10.000 hektare dengan pola 2,5 ekor per hektare. Artinya perencanaan di atas lahan 10.000 hektare itu nantinya terdapat 25.000 ekor sapi. Dengan memperbanyak sapi betina dan penggemukan sapi jantan.

Pewarta: Kornelis Aloysius Ileama Kaha
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2018