Bogor (ANTARA News) - Bupati Asmat Elisa Kambu menilai bahwa upaya merelokasi warga Asmat ke tempat yang baru tidak dimungkinkan.

"Kalau relokasi ke tempat yang baru tidak mungkin, relokasi yang dimaksudkan Presiden adalah kita akan melakukan perbaikan pemukiman masyarakat di sekitar distrik, di kampung yang mereka tinggali itu," kata Elisa di Istana Bogor, Jabar, Selasa.

Elisa menyampaikan hal itu dalam pernyataan pers bersama seusai bertemu dengan Presiden Joko Widodo di Istana Bogor. Pertemuan itu dihadiri oleh Menteri Dalam Negeri Tjahjo Kumolo, Menteri Kesehatan Nila Moeloek, Menteri Sosial Idrus Marham, Kepala Kantor Staf Presiden Moeldoko menerima Bupati Asmat Elisa Kambu, Wakil Bupati Nduga Wentius Nimiangge dan Gubernur Papua Lukas Enembe.

Sebelumnya Presiden Joko Widodo menawarkan opsi relokasi ke kota untuk mengatasi Kejadian Luar Biasa (KLB) campak dan gizi buruk di Asmat. Kasus penyakit campak dan gizi buruk di Papua itu tersebar di sejumlah wilayah termasuk Kabupaten Pegunungan Bintang bahkan hal itu terjadi berulang kali.

"Karena memindahkan orang tidak segampang itu, karena terkait budaya adat istiadat, hak ulayat, dan bagaimana mereka menanam dan sebagainya. Nanti rakyat akan kita urus, kita tempatkan dengan akses yang lebih baik," tambah Elisa.

Menurut Elisa, fasilitas kesehatan seperti Puskesmas sudah ada di semua ibu kota distrik (kecamatan) sehingga tinggal masalah operasinal yang masih dipikirkan bersama.

"Kita harap masyarakat ada di kampung, bukan di hutan atau di mana, kami tidak bermaksud memindahkan mereka dari kampung, jauh ke tempat yang jauh dari wilayah mereka," ungkap Elisa.

Gubernur Papua Lukas Enembe mengatakan relolasi yang paling mungkin adalah memperbaiki tempat mereka sendiri di dalam satu distrik dengan membangun perumahan dan jalan.

"Tapi untuk pindah ke tempat lain tidak bisa," kata Lukas.

Sedangkan Mensos Idrus Marham mengatakan bahwa Presiden meminta ada pendekatan terpadu dan menyeluruh.

"Tidak bisa sendiri-sendiri, bapak presiden juga menyampaikan karena masalah ini hanya terjadi di Asmat, agar mencermati kabupaten-kabupaten lain di Papua, masalah ini hanya terjadi di Asmat saja dan daerah-daerah lain agar sudah bisa mengantisipasi semuanya," kata Idrus.

Sedangkan Menteri Kesehatan Nina Moeloek menyatakan ia akan ke Papua pada Rabu (24/1).

"Setelah kritis akan kita pikirkan rehabilitasinya dan pikirkan solusi jangka panjang, salah satunya tadi yang disebut adalah membuat perkampungan yang bagus yang baik mendekati ke perkampungannya karena mereka memang menyebar dan nomaden. Kita juga harus urus BBMnya, kita mungkin akan membuat sagu dengan Kementan kita harapkan makanan ini lokal seharusnya bisa kita tingkatkan, saya usul Pak Bupati ikan banyak di situ seharusnya diajarkan," kata Nina.

KLB campak dan gizi buruk terjadi di Kabupaten Asmat sejak September 2017 yang mengakibatkan 68 balita dan anak meninggal dunia.

Pada 1-11 Januari 2018 dilaporkan telah merawat ratusan pasien yang terkena penyakit campak, dimana 393 orang diantaranya menjalani rawat jalan dan 175 orang diantaranya terpaksa harus menjalani rawat inap.

Sejumlah kendala yang dialami adalah minimnya tenaga dokter yang ada yakni hanya ada 12 dokter dan satu dokter spesial di Asmat.

Pewarta: Desca Lidya Natalia
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2018