Beijing (ANTARA News) - Platform media sosial populer di China, Weibo, menutup mesin pencarian topik terhangat dan info seputar selebriti selama sepekan atas perintah regulator internet setempat akibat kelalaiannya turut menyebarkan informasi yang dianggap membahayakan negara itu.

Badan Siber China (CAC) Beijing memerintahkan pimpinan Weibo agar lebih memperhatikan informasi yang hendak disebarkan karena platform media tersebut telah gagal menyensor informasi ilegal.

"Informasi berisi pernyataan publik yang berorientasi mengandung kesalahan, kecabulan, rendahan, dan diskriminatif telah tersebar di Sina Weibo," demikian pernyataan CAC yang dipantau Antara di Beijing, Senin.

"Sina Weibo telah melanggar peraturan perundang-undangan yang berlaku karena menggiring opini publik pada arah yang salah dan berdampak buruk," tambah CAC.

Wang Sixin, profesor hukum di Communication University of China, menyambut positif upaya pemerintah dalam memperketat penggunaan dunia maya selama beberapa tahun terakhir.

Pemerintah terus mengimplementasikan aturan dan penegakan hukum untuk mengatasi aktivitas ilegal yang dapat membahayakan masyarakat melalui internet, demikian Wang sebagaimana dikutip Global Times.

Akibat dari kelalaiannya itu, manajemen Weibo menyatakan menerima semua bentuk kritikan publik dan menutup beberapa portal utamanya, seperti mesin pencarian, topik hangat, dan gaya hidup selebriti, mulai Sabtu (27/1) lalu.

Weibo juga berjanji akan meningkatkan kualitas informasi, meningkatkan investasi di bidang teknologi, dan merekrut tenaga kreatif lebih sehat dan bersih di jagat dunia maya.

Weibo memiliki 376 juta pengguna hingga kuartal ketiga tahun 2017. Sejumlah media melaporkan bahwa beberapa perusahaan yang terdaftar dalam mesin pencarian informasi terhangat di Weibo mendapatkan bayaran atas jasanya menyediakan informasi yang dibutuhkan oleh masyarakat atau perusahaan.

Satu agen portal bisa menerima 8.000 RMB (Rp16 juta) untuk setiap topik atau produk yang menduduki peringkat ketiga teratas mesin pencarian Weibo.

Agen portal juga bisa mendapatkan 130.000 RMB (Rp260 juta) dari beberapa kontrak sebagaimana laporan laman berita jiemian.com pada akhir Juni lalu.

Wang menambahkan bahwa beberapa produk yang masuk dalam daftar unggulan mesin pencarian mengandung informasi palsu, menyesatkan, dan dapat membahayakan kesehatan para penggunanya.

Pada April tahun lalu, Komisi Nasional Anti-Pornografi dan Publikasi Ilegal China (NOAPIP) menjatuhkan sanksi denda terhadap Weibo sebesar 30.000 RMB (Rp60 juta) atas penyebaran pornografi.

Pemerintah China juga telah menutup lebih dari 128 ribu laman dan menyita 31 juta publikasi ilegal mengandung unsur cabul, demikian Kantor Berita Xinhua.

Sementara itu, pada saat Antara berkesempatan mengunjungi kantor pusat Sina Weibo pada Selasa (23/1) lalu mendapat penjelasan bahwa perusahaan itu telah memiliki media daring World Daily yang mampu menyebarluaskan lebih dari 315 informasi politik, ekonomi, dan budaya ke 44 kota di 23 negara.

"Weibo memiliki sejumlah penulis berlatar belakang akademisi, peneliti, pelajar China di luar negeri, dan pelajar asing di China," kata Wakil Pemimpin Redaksi Sina Weibo, Karry, pada saat itu.

Pada 2017, platform media milik perusahaan swasta itu memperkenalkan program "Global Leaders". Perdana Menteri Justin Trudeau dan PM India Narendra Modi memiliki akun Sina Weibo.

"Kami juga berharap kepala negara dari ASEAN punya akun Sina Weibo," kata perempuan tersebut.

Pewarta: M. Irfan Ilmie
Editor: Heppy Ratna Sari
Copyright © ANTARA 2018