Teheran (ANTARA News) – Presiden Hassan Rouhani mengatakan bahwa Iran harus mendengarkan suara para pengunjuk rasa di balik gelombang kerusuhan baru-baru ini, mengisyaratkan kemungkinan risiko revolusi lain jika tuntutan mereka diabaikan.

Dalam pidatonya untuk memperingati 39 tahun tragedi pemberontakan tahun 1979, Rouhani juga memperingatkan kekuatan-kekuatan asing bahwa rakyat Iran "akan selamanya melindungi republik Islam."

"Selama rakyat mencintai budaya Islam dan melindungi kesatuan nasional mereka, tidak akan ada negara adidaya yang dapat mengubah haluan bangsa ini," katanya pada Rabu (31/1), menyinggung Amerika Serikat (AS).

Namun, dia mengatakan bahwa dukungan rakyat berada dalam risiko bahaya jika sesama elite pejabat tidak mendengarkan protes yang melanda negara itu dalam beberapa pekan terakhir, dan mengindahkan pelajaran dari revolusi 1979 yang menggulingkan syah Mohammad Reza Pahlavi.

"Semua pejabat di negara ini harus mendengarkan tuntutan dan harapan rakyat," kata Rouhani di kuil pemimpin revolusioner Ayatollah Ruhollah Khomeini di Teheran selatan.

"Rezim sebelumnya menganggap kekuasaan monarki akan berlangsung selamanya, tetapi kehilangan segalanya karena alasan ini--yaitu tidak mendengar kritik dari rakyat," ia menambahkan, didampingi cucu Khomeini, Hassan Khomeini, yang merupakan tokoh reformasi terkemuka.

Hari-hari protes melanda lusinan kota besar dan kecil di Iran selama tahun baru, menyebabkan 25 orang tewas dan ratusan lainnya ditahan. Hari-hari terakhir juga menyaksikan protes yang tidak pernah terjadi sebelumnya oleh sejumlah perempuan yang tampil di publik tanpa kerudung untuk menunjukkan penolakan mereka terhadap aturan berpakaian Islami.

Rouhani bersekutu dengan para reformis dan menyeru kebebasan sipil yang lebih besar, termasuk pembebasan tahana politik, namun upayanya tidak banyak mempengaruhi elite konservatif yang sudah berurat akar yang melihat protes itu sebagai serangan subversif yang didalangi musuh asing.

"Tidak ada yang bisa menghentikan orang-orang hebat Iran mengekspresikan pandangan, kritik dan protes mereka," katanya.

Rezim shah "tidak mendengar suara para pembaru, penasihat, kaum terpelajar, elite, dan orang-orang terdidik," kata Rouhani.

"Hanya mendengar suara revolusi... dan kemudian semuanya sudah terlambat," katanya sebagaimana dikutip AFP.

Tanggapannya menggaungkan kritik tajam sebelumnya oleh pembaru yang dipenjara, Mehdi Karroubi, yang sudah berada dalam tahanan rumah dalam tujuh tahun terakhir karena memimpin protes pada 2009. Karroubi menyerang pemimpin tertinggi Ayatollah Ali Khamenei dalam satu surat terbuka, mengatakan reformasi besar diperlukan "sebelum terlambat".(kn)

Pewarta: -
Editor: Maryati
Copyright © ANTARA 2018