Surabaya (ANTARA News) - Kepolisian Negara Republik Indonesia berkomitmen melakukan perekrutan calon anggota Polri tahun 2018 dengan didasari kejujuran, nilai objektivitas, keadilan dan transparansi untuk memperoleh calon anggota yang berkualitas.

"Tidak ada praktik KKN dan titipan. Kepada para panitia, saya tekankan rekrutmen harus lebih baik. Tahun 2017 dikatakan Waka Polri, sebagai rekrutmen terbaik selama lima tahun terakhir. Kami bertekad tahun ini lebih baik," kata Asisten SDM Mabes Polri Irjen Pol Arief Sulistyanto usai membuka rapat kerja teknis (rakernis) SDM Polri di Surabaya, Rabu.

Arief menegaskan, untuk menjadi anggota Polri, masyarakat tidak perlu "titip", tidak perlu bayar dan cukup mempersiapkan kemampuan untuk maju berkompetisi dan jika bagus akan diterima karena dilakukan dengan cara objektif dan terbuka.

"Jangan ada lagi yang percaya, baik itu terhadap oknum anggota Polri, pejabat ini itu, penipuan semua. Istilahnya menembak di atas punggung kuda," ujar Arief.

Tahun 2018, Polri membutuhkan sebanyak 8.400 bintara yang terdiri dari 400 polwan, 8.000 polisi laki-laki. Juga ada beberapa bidang kompetensi khusus yang Polri terima dari SMK.

Di bidang Polair, Polri menerima dari SMK Pelayaran, SMK Kemaritiman maupun Perkapalan. Untuk mengisi bintara IT akan direkrut lulusan SMK Komputer. Sementara bidang musik dan tugas laboratorium, Polri akan merekrut lulusan bidang SMK Musik dan Analis Kimia sehingga langsung menjurus pada bidang kompetensinya.

"Polair harus ada peremajaan sehingga membutuhkan 200 orang. begitu juga IT dan musik yang butuh 50 orang," kata dia.

Dalam pola perekrutan, sambung Arief, Kapolri memerintahkan, harus menerapkan minimun "zero growth". Jika mengikuti jumlah penduduk, maka jumlah Polri akan semakin banyak dan anggaran yang dialokasikan negara akan terserap habis untuk itu dan mengurangi operasional.

"Jumlah anggota baru untuk mengganti yang pensiun dan meninggal dunia. Sangat dikendalikan sehingga tidak berlebihan," kata dia.

Pewarta: Indra Setiawan dan Willy Irawan
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2018