Pontianak (ANTARA News) - Warga transmigrasi di Kecamatan Pulau Maya, Kabupaten Kayong Utara, Kalimantan Barat, di musim kemarau kerap meminum air parit karena sulit mendapatkan air bersih.

"Kalau tidak turun hujan dua minggu, stok air bersih yang ditampung di drum yang diberikan pemerintah pasti sudah habis," kata Tajudin, warga transmigrasi Kecamatan Pulau Maya saat dihubungi di Sukadana, Jumat.

Ada tiga lokasi transmigrasi di Kecamatan Pulau Maya yang tersebar di SP1 Desa Kemboja, SP 2 Desa Satai Lestari dan SP 3 Desa Tanjung Satai.

Menurut Tajudin, kondisi demikian yang menjadi alasan bagi warga transmigran untuk mencari alternatif air untuk dikonsumsi. "Yang jelas kalau tidak ada hujan ya ndak ada air," kata Tajudin.

Lokasi air parit yang diambil warga transmigran untuk di konsumsi adalah parit yang tidak ada aktivitas masyarakat, sehingga tidak terdapat sampah-sampah kimiawi seperti limbah deterjen, limbah rumah tangga dan hanya sebatas sampah dedaunan.

Air yang dikonsumsi warga merupakan air gambut dengan warna yang coklat menghitam layaknya air teh namun terasa kelat dan asam saat diminum.

"Disaring masuk dalam tong dibiarkan semalam biar mengendap besoknya baru direbus," kata Tajudin.

Walau merasa tidak nyaman saat diminum, Tajudin menceritakan tidak ada pilihan bagi warga transmigrasi untuk mencari air.

Kalau pun ada, hanya sebatas membeli air minum dalam kemasan atau membeli air galon ke ibu kota kecamatan yang jaraknya lebih dari 6 kilometer.

"Ya kurang enak lah, masam," jawabnya saat ditanya rasa air parit.

Sementara itu, saat dikonfirmasi ke Dinas Transmigrasi Kayong Utara, kondisi kekurangan air hujan sejatinya merupakan masalah yang dihadapi semua masyarakat.

Dinas transmigrasi hanya mampu menyediakan tanki air sebanyak 4 buah berukuran 200-an liter tanki.

"Kita hanya menyediakan jatah untuk warga trans, tapi untuk menyediakan dalam jumlah besar tidak ada, seperti PAH (penampungan air hujan)," kata Kadis Transmigrasi Kabupaten Kayong Utara Untung Hidayat.

Dikatakannya, pada musim penghujan, seharusnya masyarakat membuat embung, dan dapat dipergunakan untuk keperluan mandi dan cuci.

Sementara tangki yang disediakan hanya untuk keperluan masak dan minum.

Pewarta: Teguh Imam Wibowo
Editor: Unggul Tri Ratomo
Copyright © ANTARA 2018