Jakarta (ANTARA News) - Presiden Joko Widodo menyebut kritik yang disampaikan seharusnya tidak asal bunyi melainkan harus berbasis dan bersumber pada data yang akurat.

"Kritik itu penting untuk memperbaiki kebijakan yang ada tetapi kritik itu harus berbasis data. Kritik itu harusnya tidak asbun asal bunyi, tidak asal bunyi, tidak asal bicara," kata Presiden Joko Widodo (Jokowi) saat menyampaikan sambutan dalam Rapat Pimpinan Nasional (Rapimnas) Partai Persatuan Indonesia (Perindo) II di JCC, Jakarta, Rabu malam.

Presiden menegaskan, kritik yang disampaikan mestinya dimaksudkan untuk mencari solusi.

Selain bahwa menurut dia, kritik itu mestinya dimaksudkan untuk mencari kebijakan yang lebih baik. 

Mantan Gubernur DKI itu mengakui pentingnya kritik untuk memperbaiki kebijakan yang ada saat ini.

"Belum tentu pemerintah dia benar. Kalau yang salah ya mesti ada yang mengingatkan dengan kritik," katanya.

Namun ia menambahkan, harus ada beda nyata antara kritik dengan celaan, cemooh, nyinyir, bahkan fitnahan.

"Tapi tolong dibedakan kritik dengan mencela, beda itu. Bedakan kritik dengan mencemooh, beda itu. Kritik dengan fitnah, kritik dengan nyinyir beda lagi. Kritik dengan menghujat juga beda. Kritik dengan fitnah beda," katanya.

Ia meminta agar semua pihak menjunjung tinggi sopan santun dan adat ketimuran sehingga tidak saling menghujat dan mencemooh, tidak pula menyebar berita bohong dan ujaran kebencian.

"Kritik itu juga penting, sekali lagi kritik itu juga penting untuk memperbaiki kebijakan yang ada saat ini. Belum tentu pemerintah itu dia betul," katanya.

Pada kesempatan itu, Presiden mengajak semua pihak untuk kembali ke akar budaya ketimuran, budaya Indonesia, dan ajaran agama.

"Kejujuran adalah keutamaan, kejujuran utama yang ditopang oleh perilaku yang sopan dan santun sesuai dengan adat istiadat bangsa kita Indonesia yaitu adat ketimuran, dan berdialog untuk menemukan cara terbaik bagi rakyat dan bangsa yaitu dengan musyawarah," katanya.

Presiden secara resmi membuka Rapat Pimpinan Nasional (Rapimnas) II Perindo yang dihadiri 1.172 kader dari seluruh Indonesia.

Perindo menyelenggarakan Rapat Pimpinan Nasional II sebagai langkah konsolidasi partai untuk Pemilu 2019.

 

Pewarta: Hanni Sofia
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2018