Jakarta (ANTARA News) - Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) bersama BMKG menjadi tuan rumah Konferensi Ilmiah International Indian Ocean Expedition 2 (IIOE2) yang berlangsung dari tanggal 19 - 23 Maret 2018 di Grand Mercure Hotel, Kemayoran Jakarta.

Konferensi Ilmiah IIOE 2 sendiri merupakan acara berkala guna melaporkan dan mengevaluasi pelaksanaan program-program riset, peningkatan kapasitas serta program pemasyarakatan iptek kelautan.

Deputi Bidang Ilmu Pengetahuan Kebumian (IPK) LIPI, Zainal Arifin di Jakarta, Rabu, mengatakan penelitian melalui program IIOE-2 diharapkan berdampak positif untuk kemajuan riset kelautan Indonesia.

IIOE-2 adalah program ilmiah yang melibatkan para peneliti asing yang bersama-sama melakukan penelitian di bidang oseanografi dan atmosfer dari lingkungan wilayah pesisir sampai dengan laut.

"Keterlibatan secara penuh Indonesia dalam IIOE-2 adalah sangat penting karena peneliti kita bisa berinteraksi dan berkontribusi untuk riset Samudera Hindia sekaligus mewujudkan peran Indonesia sebagai poros maritim dunia," kata Zainal.

Zainal menjelaskan, salah satu tujuan penelitian dalam program IIOE-2 yakni untuk mendapatkan informasi mengenai aktivitas di Samudra Hindia seperti arus laut ataupun pengaruhnya terhadap iklim dan ekosistem lautnya.

"Melalui program ini diharapkan dapat menghasilkan pemahaman yang lebih baik tentang oseanografi dan biologi lautan serta interaksi antara iklim laut ataupun atmosfer untuk jangka pendek maupun jangka panjang," ucap Zainal.

Dia menambahkan, 70 persen permukaan bumi adalah lautan yang artinya kehidupan manusia juga bergantung pada laut.

Laut sangat penting sebagai sumber makanan protein manusia dan tentunya memiliki manfaat ekonomi.

Indonesia sebagai salah satu pusat kekayaan laut didunia sangat bergantung pada kondisi laut dimasa depan. Oleh karena itu penelitian terkait kelautan sangat penting dilakukan.

"Samudera dapat diibaratkan semangkok bakso dimana kuah adalah kondisi kolom air, mie dan bakso adalah sumber daya hati, serta mangkok bakso adalah kondisi geologi Samudera Hindia. Kita harus memahami interaksi antara masing-masing komponen ini tidak lupa juga menyiapkan mitigasi bencana yang mungkin ditimbulkan seperti gempa bumi, cuaca ekstrem dan tsunami," ucap dia.

Sementara itu, Kepala Pusat Penelitian Oseanografi (P2O) LIPI Dirhamsyah menjelaskan program IIOE -2 ini merupakan komponen penting untuk layanan maritim, pengelolaan lingkungan, prediksi iklim dan ketahanan pangan dan energi.

Selain itu, Dirham menambahkan, P2O telah melakukan penelitian terkait Samudera Hindia sejak 2015 dengan menggunakan kapak Riset K/R Baruna Jaya VIII dalam ekspedisi penelitian Widya Nusantara di Mentawai, Enggano dan Aceh.

Dalam aspek geosains kelautan, LIPI juga bekerja sama dengan Singapura dan Prancis untuk meneliti sumber-sumber tsunami dan gempa di Samudera Hindia khususnya di barat Sumatera.

"Riset kelautan kita perlu didorong agar dapat ditingkatkan dan saat ini untuk mendukung penelitian Samudera Hindia sedang dibangun Stasiun Penelitian Sabang. Hal ini sebagai komitmen kita untuk melakukan pengembangan penelitian terkait Samudera Hindia," kata Dirham.

Pewarta: Aubrey Kandelila Fanani
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2018