"Kemarin habis maghrib saya ditelepon Pak Kapolrestabes Surabaya. Dia menanyakan soal jenazah itu. Saya katakan tidak berani dimakamkan di Surabaya karena gesekannya besar, ada penolakan warga," kata Risma usai mengumpulkan guru agama se-Surabaya di Convention Hall Surabaya, Jumat.
Menurut dia, warga di sekitar Makam Putat Gede, Jarak, Sawahan, Surabaya, menolak rencana pemakaman jenazah terduga teroris di tempat pemakaman umum setempat.
Warga Putat Jaya bahkan datang ke makam dan kembali menutup lubang pemakaman yang sudah digali untuk mengubur jenazah Dita Suprianto, kepala keluarga pelaku pengeboman di GKI Diponegoro, Gereja Santa Maria Tak Bercela Jalan Ngagel dan GPPS Jalan Arjuno pada Minggu (13/5).
Dita bersama istri dan empat anaknya tewas setelah melancarkan serangan bom di tiga gereja. Keluarga itu sebelumnya tinggal di Wisma Indah Blok K-22, Wonorejo, Rungkut, Surabaya.
"Saya bilang ke Pak Kapolres, bahwa saya sudah buat surat ke MUI. Kami lagi menunggu fatwa MUI. Kalau fatwa MUI membolehkan, maka kami harus jelaskan kepada masyarakat," katanya.
Risma mengatakan saat ini pemerintah kota belum berani menguburkan jenazah para terduga teroris. "Kalau sekarang saya tidak berani. Gimana dimakamkan, di sana ada keluarganya yang korban," katanya.
Baca juga:
Kerabat tak akui 13 jenazah teroris Jatim
Polda Jatim beri waktu tiga hari ke keluarga untuk ambil jenazah tersangka teroris
Pewarta: Abdul Hakim
Editor: Maryati
Copyright © ANTARA 2018