Air membuat orang menjadi bersih, terbebas dari dahaga. Dalam upacara Waisak, air menjadi sarana pujabakti."
Magelang (ANTARA News) - Air berkah sebagai salah satu sarana pujabakti Waisak 2562 Masa Budha (Buddhist Era/BE) atau 2018 Masehi yang diambil dari Umbul Jumprit di kawasan Gunung Sindoro, Kabupaten Temanggung, Jawa Tengah, tiba di Candi Mendut Kabupaten Magelang untuk selanjutnya disemayamkan di dalam candi itu sejak Senin petang.

Air berkah yang dibawa dari Umbul Jumprit ke Candi Mendut oleh para biksu dan perwakilan umat Buddha itu, sekira pukul 15.30 WIB diterima oleh Ketua Umum Perwakilan Umat Buddha Indonesia (Walubi) Siti Hartati Murdaya, Koordinator Dewan Kehormatan Walubi Biksu Tadisa Paramita Mahastavira, Ketua Widyakasaba Walubi Biksu Wongsin Labhiko Mahathera dan Ketua Walubi Jawa Tengah David Hermanjaya.

Ratusan biksu dari dalam dan sejumlah negara, serta umat Buddha dari berbagai daerah di Indonesia kemudian melakukan prosesi pradaksina secara takzim di pelataran dan lorong Candi Mendut, masing-masing tiga putaran dalam iringan lantunan doa-doa.

Pradaksina yang dilakukan mereka setelah sejumlah biksi dan beberapa petinggi Walubi menyalakan lilin pancawarna di altar besar di tenda pelataran Candi Mendut itu, untuk prosesi penyemayaman air berkah Waisak. Air berkah dibawa para biksu masuk ke Candi Mendut dengan menggunakan kendi.

Baca juga: 12.000 botol air berkah Waisak diambil dari Jumrit

Setelah penyemayaman air berkah Waisak tersebut, para biksu dan umat Buddha melakukan pembacaan parita di depan altar besar di tenda pelataran Candi Mendut yang antara lain dihiasi patung Sang Buddha, nyala lilin pancawarna, air berkah di dalam sejumlah kendi, serta hiasan dari rangkaian bunga dan buah-buahan.

Hartati Murdaya mengatakan air berkah menjadi lambang kesejukan, kesuburan, dan sikap rendah hati umat Buddha.

Ia juga menyebut bahwa sifat air yang selalu mengalir ke dataran lebih rendah dimaknai umat Buddha sebagai sikap rendah hati tersebut.

"Air mengandung makna kesejukan, kesuburan, kebahagiaan, dan rendah hati, mawas diri dalam kehidupan umat manusia yang tidak kekal," katanya.

Air berkah sebagai salah satu sarana utama dalam pujabakti yang akan dilakukan para biksu bersama umat Buddha saat puncak Hari Trisuci Waisak 2018 yang jatuh pada Selasa (29/5), pukul 21.19.13 WIB. Saat detik-detik Waisak tersebut, mereka melakukan meditasi selama beberapa saat di pelataran Candi Borobudur Kabupaten Magelang, sekitar tiga kilometer barat Candi Mendut.

Biksu Tadisa mengatakan air dari Umbul Jumprit dibawa ke Candi Mendut untuk didoakan dengan penuh semangat cinta kasih kepada semua makhluk dan alam semesta.

"Ini lambang kesejukan, lambang terang. Air membuat orang menjadi bersih, terbebas dari dahaga. Dalam upacara Waisak, air menjadi sarana pujabakti," tuturnya.

Baca juga: Walubi: Umat berdoa untuk perdamaian saat Waisak

Penyemayaman air di Candi Mendut, ujar dia, diyakini oleh umat Buddha sebagai air berkah bagi kehidupan sehari-hari mereka.

Pada Minggu (27/5) sore, para biksu dan umat Buddha juga melakukan prosesi penyemayaman api dharma Waisak di Candi Mendut. Api sebagai lambang penerangan batin manusia tersebut diambil dari sumber api alam Mrapen, Kabupaten Grobogan, Jawa Tengah.

Air berkah dan api dharma bersama sarana pujabakti lainnya akan dikirab dari Candi Mendut menuju pelataran Candi Borobudur saat puncak Hari Trisuci Waisak 2018 pada Selasa (29/5).

Trisuci Waisak sebagai perayaan besar bagi umat Buddha untuk mengenang tiga peristiwa penting dalam ajaran Buddha, yakni kelahiran Sidharta Gautama, Buddha Gautama memperoleh penerangan sempurna, dan mangkat Sang Buddha.

Baca juga: Para biksu semayamkan api Waisak di Candi Mendut

Pewarta: Maximianus Hari Atmoko
Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2018