London (ANTARA News) - Pimpinan Theater Mandiri, Putu Wijaya, yang akan melakukan pementasan keliling Eropa menyusul keberhasilannya mementaskan monolog berjudul "Seratus Menit" di beberapa negara di Eropa, mengatakan bahwa tradisi lisan di Indonesia masih sangat kuat. Pandangan itu disampaikan Putu Wijaya saat bincang-bincang dengan Duta Besar (Dubes) RI di Praha, Salim Said, dan Dubes RI dari Bratislava, Lutfi Rauf, usai melakukan pementasan, ujar juru bicara KBRI Praha, Gustav Richard Fernandus, kepada ANTARA News, di London. "Dengan bercerita akan lebih mudah bagi masyarakat menikmati apa yang disampaikan ketimbang berbentuk tulisan," kata novelis yang telah menghasilkan lebih dari 40 judul itu, apalagi dalam setiap pementasan monolognya, Putu Wijaya melakukannya secara dramatis. Usai pementasan monolog "Seratus Menit", Dubes RI di Praha dan Dubes RI di Bratislava melakukan pembicaraan dengan Putu Wijaya tentang kemungkinan mendatangkan rombongan Teater Mandiri untuk pentas di berbagai kota di Eropa Tengah dan Timur selain di Italia. Diharapkan pada musim semi tahun mendatang pertunjukan keliling teater Mandiri tersebut sudah bisa digelar, ujarnya. Putu Wijaya, budayawan dan dramawan Indonesia terkemuka untuk kedua kalinya melakukan pementasan monolognya yang berjudul "Seratus Menit" di Aula KBRI Praha. Monolog yang sebelumnya dipentaskan di Roma itu mengangkat tema-tema sosial yang terjadi di Indonesia, seperti kemerdekaan, poligami dan raksasa yang menjadi manusia serta tema kemanusian yang aktual lainnya. Pementasan Putu Wijaya yang disaksikan masyarakat Indonesia serta pencinta dan peminat budaya Indonesia di Praha selama 100 menit itu memukau para penonton yang berjumlah hampir seratus orang. (*)

Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2007