Seoul (ANTARA News) - Delegasi Korea Utara dan Korea Selatan bertemu pada Jumat untuk membicarakan reuni perdana dalam kurun waktu sekira tiga tahun bagi para keluarga yang terpisah akibat Perang Korea, yang diinisiai oleh Palang Merah Internasional.

Upaya itu menjadi salah satu langkah yang dijanjikan pemimpin Korut Kim Jong-un dan Presiden Korsel Moon Jae-in untuk meningkatkan hubungan kedua Korea yang memburuk akibat program nuklir dan rudal Korut.

Pertemuan yang dimulai pada Jumat pagi di sebuah hotel di loka wisata Gunung Kumgang, Korut, digelar setelah kesepakatan yang dicapai pada April terkait rencana reuni keluarga terpisah sebagai perayaan nasional Hari Pembebasan Korea dari Kekaisaran Jepang pada Agustus.

"Kami harus melakukan upaya untuk hasil baik hari ini dengan saling percaya dan menghargai satu sama lain," kata Pak Yong-il, pimpinan delegasi Korut.

"Kami juga harus melupakan masa lalu dan menyusuri jalan yang telah dibangun para pemimpin," tambah Pak, wakil kepala badan Korut untuk mendukung reunifikasi Korea, Komite untuk Penyatuan Kembali Damai Tanah Air (CPRK).

Baca juga: Sekjen PBB sebut KTT Trump-Kim tonggak penting

Baca juga: Jepang hentikan latihan serangan peluru kendali seusai KTT Kim-Trump


Pejabat Korsel menyebut kelanjutan kunjungan antara keluarga terpisah sebagai "masalah kemanusiaan dan hak asasi manusia", terutama karena banyak orang yang sekarang di usia 80-an.

Sejumlah reuni keluarga yang dilakukan pada masa lalu --terakhir kali 2015 dan beberapa disiarkan di televisi--, kerap menguras air mata, lantaran pertemuan tatap muka sejenak itu berakhir dengan perpisahan yang menyakitkan.

Dalam beberapa tahun terakhir Korsel secara konsisten berusaha melanjutkan hubungan antar keluarga terpisah melalui konferensi video serta pengiriman surat.

Sejak 2000, sekira 23.676 orang Korea yang terpisah, dari Korut dan Korsel, telah bertemu atau berinteraksi melalui tautan video sebagai bagian dari program, kata wadah pemikir dari Institut Penelitian Hyundai.

Pada Maret, 56 persen dari 131.531 orang pemohon reuni keluarga terpisah dari Korsel telah meninggal, tambahnya.

Tidak jelas apakah Pyongyang telah melonggarkan kondisi yang sebelumnya ditetapkan untuk melanjutkan reuni, setelah Seoul mengembalikan 12 perempuan warga Korut yang bekerja di sebuah restoran yang dikelola Korut di China dan sempat bersama-sama membelot ke Korsel pada 2016.

Beberapa perempuan mengatakan pada Mei mereka dipaksa pergi, sementara para pejabat Korsel mengatakan mereka mencoba memverifikasi laporan mereka.

Baru-baru ini pada Mei, organisasi Palang Merah Korut mendesak Korsel untuk mengembalikan para wanita "tanpa penundaan".

Pembicaraan perwakilan Palang Merah Korsel berakhir pada Kamis di kota perbatasan timur Goseong di Korsel dan dijadwalkan untuk pertemuan di Korut pada Jumat pagi.

"Kami akan berdiskusi baik mengenai masalah kemanusiaan dengan Korut dan bagaimana kami akan meredakan rasa sakit dari 57.000 anggota keluarga yang terpisah," kata Park Kyung-seo, presiden Palang Merah Korea di Seoul yang mengepalai delegasi Korsel, Kamis.

Hubungan telah menghangat saat Korut dan Amerika Serikat telah membaik setelah Kim bertemu dengan Presiden AS Donald Trump di Singapura pekan lalu pada pertemuan puncak pertama kedua negara tersebut.

Perang Korea yang berlangsung 1950-1953 hanya diakhiri dengan kesepakatan gencatan senjata, bukan perjanjian perdamaian, meninggalkan petempur secara teknis masih berperang, demikian Reuters.

Baca juga: Trump katakan Korut kembalikan jenazah 200 prajurit AS

Baca juga: Kim undang Trump kunjungi Pyongyang

Pewarta: ANTARA
Editor: Gilang Galiartha
Copyright © ANTARA 2018