Setelah kolam di eksekusi, saya diharuskan membayar Rp2 juta
Cianjur,  (ANTARA News) - Sekitar seratus petani ikan pemilik jaring apung di Waduk Jangari di Desa Gudang, Kecamatan Cikalongkulon, Cianjur, Jawa Barat, Kamis, mendatangi  Kantor Unit Pelaksana Teknis Dinas  (UPTD) Kelautan dan Perikanan untuk meminta kejelasan terkait penertiban kolam milik mereka.

Mereka mendatangi Kantor UPTD Kelautan dan Perikanan Jawa Barat yang berlokasi di Desa Gudang itu karena tidak terima kolam mereka ditertibkan.

Emus (30) petani warga Desa Kamurang, Kecamatan Cikalongkulon, mengatakan kolam miliknya menjadi target operasi dari Badan Pengelola Waduk Cirata (BPWC) dan langsung dieksekusi, tanpa peringatan atau pemberitahuan.

Pasalnya sejak puluhan tahun, ungkap dia, warga  asli setempat telah berternak ikan di waduk di kampung tempat tinggalnya itu. Dan selama itu pula pihaknya tidak pernah mendapat peringatan.

"Saya hanya punya empat petak kolam yang ada ikannya. Satu setengah petaknya dieksekusi ditarik ke pinggir waduk, mereka tidak mau beri toleransi," katanya.


Anehnya tambah dia, setelah kolamnya digusur petugas memintanya untuk membayar ongkos eksekusi sebesar Rp2 juta."Setelah kolam di eksekusi, saya diharuskan membayar Rp2 juta," katanya.

Karena itu, dia dan ratusan petani lainnya terpaksa mendatangi kantor UPTD perikanan untuk mempertanyakan proses penertiban tersebut.

"Kami minta kejelasan prosedur dari penertiban ini, apakah tidak ada toleransi untuk pemilik yang merupakan warga sekitar dan kolamnya produktif," katanya.

Petani kolam yang sempat protes soal aksi penertiban sempat membakar tiga perahu miliknya karena kesal dengan sikap petugas yang dinilai tidak sepatutnya dilakukan.

Emus dan ratusan petani lainnya berharap protes ini dapat menjadi perhatian pemerintah.

Komandan Sektor 12 Waduk Cirata, Kolonel Satriyo mengatakan protes atas penertiban tersebut merupakan reaksi spontan warga.

"Ketika petani diberikan penjelasan, akhirnya mereka mengerti. Saya juga membantah kalau ada biaya dari penertiban kolam yang diminta kepada petani," katanya.

Baca juga: Puluhan hektar tanaman rusak akibat abu vulkanik
Baca juga: Perubahan iklim membuat ratusan ton ikan mati di Cianjur

 

Pewarta: Ahmad Fikri
Editor: Dewanti Lestari
Copyright © ANTARA 2018