PBB, New York, (ANTARA News) - Kantor PBB bagi Koordinasi Urusan Kemanusiaan (OCHA) pada Rabu (22/8) mengatakan jumlah kasus dugaan kolera di Yaman dilaporkan meningkat, sehingga menambah keprihatinan mengenai kemungkinan "gelombang ketiga" wabah tersebut.

Sejak April 2017, lebih dari 1,1 juta kasus dugaan dan lebih dari 2.300 kematian yang berkaitan telah dilaporkan, sehingga menjadikannya wabah terbesar dalam sejarah, kata Stephane Dujarric, Juru Bicara bagi Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres dalam taklimat rutin.

"Semua mitra kemanusiaan menanggapi untuk menghindari kemunculan kembali dalam skala luas. Bulan ini, mitra kami telah memberi vaksin lebih dari 385.000 orang terhadap kolera di kabupaten yang sangat beresiko, Hodeidah dan Ibb," kata Dujarric.

"OCHA terganggu oleh kerusakan prasarana kesehatan dan air, kebersihan, dan kesehatan akibat konflik," kata juru bicara PBB tersebut, sebagaimana dikutip Xinhua --yang dipantau Antara di Jakarta, Kamis malam. Ia menambahkan, "Akses ke layanan ini penting untuk mencegah wabah lain kolera."

"Semua pihak dalam konflik tersebut harus memenuhi kewajiban mereka berdasarkan hukum kemanusiaan internasional guna melindungi warga sipil dan prasarana sipil," katanya.

"Kami telah menghadapi dua gelombang besar wabah kolera dalam beberapa tahun belakangan, dan sayangnya data kecenderungan yang telah kami saksikan ... menunjukkan bahwa kami mungkin berada pada puncak gelombang ketika wabah kolera di Yaman," kata Peter Salama, Wakil Direktur Jenderal Reaksi dan Kesiapan Darurat Organisasi Kesehatan Dunia, pekan lalu di Jenewa, Swiss.

Baca juga: Koalisi Saudi hambat pengiriman bahan bakar pesawat PBB ke Yaman

 

Pewarta: Antara
Editor: Chaidar Abdullah
Copyright © ANTARA 2018