Kudus, Jawa Tengah (ANTARA News) - Manajer Tim Perkumpulan Bulutangkis (PB) Djarum, Fung Permadi, menegaskan bahwa Audisi Djarum Beasiswa Bulutangkis bukan semata-mata mendasarkan penilaian dari kalah atau menangnya para peserta, melainkan juga mengamati penguasaan teknik dasar bulutangkis.

Hal itu salah satunya mendasari munculnya 20 super tiket tambahan untuk audisi lokal Kudus menuju fase final  yang jumlahnya jauh lebih banyak dibandingkan 18 super tiket yang dibagikan lewat jalur prestasi di kelompok turnamen.

"Karena ini audisi umum kelompok usia di bawah 15 tahun, 13 tahun dan 11 tahun, relatif mereka ini kalau menuntut hasil dari turnamen masih terlalu dini," kata Fung dalam konferensi pers jelang final Audisi Djarum Beasiswa Bulutangkis 2018 di GOR Jati, Kudus, Jawa Tengah, Kamis.

"Dalam pemikiran kami seusia itu mereka bisa mendapatkan pendidikan mendasar bagaimana menguasai teknik untuk menjadi pemain dunia," ujarnya menambahkan.

Selain itu, Fung juga menyebutkan, bagi mereka yang tak memperoleh super tiket ke babak final, hal itu tidak mengurangi pengalaman mereka berjuang untuk cita-cita mereka sejak usia dini.

"Harus disyukuri di usia sekarang sudah mengalami yang namanya berjuang, itu bisa diingat-ingat sampai kalian tua," katanya beberapa saat sebelumnya, sebelum pengumuman peraih super tiket audisi lokal Kudus.

Baca juga: Kudus tempatkan 38 finalis Audisi Umum Djarum Beasiswa Bulutangkis 2018

Audisi Beasiswa Djarum Bulutangkis 2018 akan memasuki fase final dengan 221 peserta meraih super tiket untuk berjuang di GOR Jati, Kudus, Jawa Tengah, pada 7-9 September, demi mendapatkan kesemapatan mengikuti karantina di PB Djarum.

Dari tahap karantina yang digelar pada 10-15 September 2018 nantinya akan terpilih sejumlah atlet usia dini yang berkesempatan mendapatkan pelatihan intensif dan bergabung dengan PB Djarum.

"Setahun pertama kami evaluasi, tapi tolok ukurnya bukan soal prestasi, tapi kemajuan yang dicapai," kata mantan pebulutangkis era 1990-an tersebut.

"Bagaimana mereka bisa ikuti pembinaan dan pembentukan karakter, itu menentukan kelanjutan mereka di sini. Tentunya kalau sudah bisa berprestasi bakal menjadi nilai tambah tersendiri," ujar Fung menambahkan.

Fung juga menyebutkan bahwa biasanya untuk usia dini, setiap kali masa evaluasi pengurangan jumlah anak didik tidak mencapai 25 persen dari total yang diterima sebelumnya.

Justru yang cenderung dikurangi adalah atlet binaan yang usianya sudah melampaui 19 tahun.

"Pengurangan tidak sampai 25 persen, biasanya kalaupun ada lebih banyak yang sudah 19 tahun ke atas itu. Itu usia dewasa. Sejak tahun lalu kami canangkan usia dewasa seminimal mungkin, batasi 1-2 orang," pungkasnya.

Audisi Umum Djarum Beasiswa  Bulutangkis 2018 yang diawali gelaran audisi lokal di delapan kota diikuti 5.957 peserta dari 32 provinsi di seluruh Indonesia yang akhirnya mengerucut menjadi 221 finalis peraih super tiket.

Baca juga: 26 pebulutangkis muda lolos final Audisi Djarum 2018

Pewarta: Gilang Galiartha
Editor: Dadan Ramdani
Copyright © ANTARA 2018