Sidoarjo (ANTARA News) - Upaya membuang luapan lumpur dari sumur milik Lapindo Brantas Inc. melalui Kali Porong, ternyata tidak menyelesaikan masalah, selain menyebabkan pendangkalan sungai diduga juga menyebabkan air sumur warga Desa Penjarakan Selatan, Kecamatan Jabon, Sidoarjo, tercemar. Berdasarkan informasi yang dihimpun ANTARA News di Desa Penjarakan, Jumat, sejak dialirkannya lumpur Lapindo melalui Kali Porong, air sumur warga menjadi berbau dan tidak layak diminum sehingga warga terpaksa membeli air dari Perusahaan Daerah Air Minum untuk kebutuhan sehari-hari. Meski belum diketahui secara pasti penyebab baunya air sumur warga itu, namun sejumlah warga mengaku bahwa air sumur mereka berbau sejak ada pembuangan lumpur ke Kali Porong dan jarak antara pemukiman warga dengan sungai itu hanya sekitar 50 meter. Menurut Anton, salah satu warga Desa Pejarakan Selatan, sebelum adanya pembuangan lumpur ke Kali Porong, seluruh air sumur milik warga tergolong bersih dan tidak bau, sehingga layak untuk memenuhi kebutuhan air minum dan memasak. "Sejak Badan Penanggulangan Lumpur Sidoarjo (BPLS) membuang lumpur ke Kali Porong, sumur warga tak bisa dimanfaatkan lagi, karena bau, dan kini warga warga terpaksa harus membeli air bersih PDAM dengan harga Rp 1.250 per jeregen," katanya. Sementara itu, Saidah, Warga Desa Pejarakan Selatan lainnya mengatakan, kini warga berharap agar luapan lumpur Lapindo Brantas Inc. ini tidak dibuang ke Kali Porong lagi, tetapi dibuang langsung ke laut melalui pipa khusus yang dibuat dari pusat semburan langsung ke muara sungai menuju laut. Menanggapi adanya keluhan warga Pejarakan Selatan itu, belum ada satupun pihak BPLS yang bersedia berkomentar dengan alasan akan melakukan pengecekan dulu di lapangan. Pantauan ANTARA, meski dampak pembuangan lumpur ke Kali Porong itu sudah terasa dampaknya, baik pada kondisi sungai maupun masyarakat sekitar Kali Porong, namun hingga kini proses pembuangan lumpur ke Kali Porong masih berlanjut, hingga batas waktu yang belum ditentukan.(*)

Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2007