Kelor itu mengandung nutrisi tinggi dan kelor Nusa Tenggara Timur disebut paling hebat setelah itu baru kelor di Spanyol
Kupang, (ANTARA News) - Wakil Gubernur Nusa Tenggara Timur Josef Nae Soi mengaku optimistis gerakan konsumsi kelor yang sedang digalakkan pemerintah setempat akan membebaskan daerah itu dari persoalan "stunting" sebagai akibat masalah gizi kronis.

"Kelor itu mengandung nutrisi tinggi dan kelor Nusa Tenggara Timur disebut paling hebat setelah itu baru kelor di Spanyol," katanya di Kupang, Senin, usai memimpin upacara peringatan Hari Kesehatan Nasional (HKN) ke-53.

Ia mengemukakan hal itu berkaitan dengan penanganan masalah stunting (kekerdilan) dan gizi buruk yang kerap melanda masyarakat di Provinsi Nusa Tenggara Timur.

Menurut dia, wilayah provinsi berbasiskan kepulauan ini telah dianugerahi kekayaan alam yang luar biasa, salah satunya berupa tanam kelor dengan kandungan gizi yang sangat tinggi.

"Ini luar biasa, Tuhan sudah kasih kita kelor yang luar biasa yang bisa kita manfaatkan untuk membebaskan daerah kita dari masalah gizi buruk," katanya.

Yosef Nae Soi bersama Gubernur Viktor Bungtilu Laiskodat memiliki salah satu program unggulan pengembangan kelor secara besar-besaran melalui gerakan "revolusi hijau".

Baca juga: ARTIKEL - Indonesia Emas 2045 tanpa gizi buruk

Pemerintah provinsi menargetkan jumlah pohon kelor yang akan ditanam selama lima tahun ke depan mencapai sebanyak 50 juta pohon.

Untuk itu, Dinas Pertanian Provinsi NTT akan mengembangkannya melalui dua klaster yakni daun kering untuk kebutuhan industri dan klaster daun segar dan biji untuk konsumsi dalam rangka meningkatkan gizi masyarakat.

Pengembangan klaster daun kering dilakukan melalui lahan atau demplot yang telah disiapkan pemerintah, sementara klaster daun segar dan biji cara tanaman lorong (alley cropping) yang ditanam di pematang maupun teras milik masyarakat.

Dalam konteks itu, Nae Soi juga meminta dukungan media massa setempat untuk terus menggerakkan masyarakat agar secara rutin mengkonsumsi kelor dalam perbaikan gizi.

"Mari kita semua makan kelor, kelor itu nutrisi paling tinggi di dunia dan kita di Nusa Tenggara Timur sudah memiliki sumber daya alam yang luar biasa ini," katanya.

Baca juga: "Gerimis" dan "Maklurah", upaya Kalbar cegah stunting
Baca juga: Jokowi dan penanganan gizi buruk setengah hati

 

Pewarta: Aloysius Lewokeda
Editor: Zita Meirina
Copyright © ANTARA 2018