Jakarta (ANTARA News) - Wakil Ketua DPR RI Fahri Hamzah melakukan audiensi dengan Peserta Kirab Pemuda Indonesia 2018 di Gedung DPR, Jakarta, Jumat. 
 
Fahri dalam keterangan tertulisnya, di Jakarta, mengatakan, Kirab Pemuda Indonesia 2018 merupakan ikhtiar dalam rangka menyusun imajinasi, baik tentang diri kaum muda, maupun bangsa dan negara Indonesia keseluruhan.
 
"Ini memang pekerjaan yang paling tidak mudah, karena Indonesia ini sangat kompoleks," katanya.

Peserta Kirab Pemuda Indonesia 2018 didampingi Asisten Deputi I Bidang Peningkatan Kreativitas Pemuda Kemenpora, Junaedi.
 
Menurut Fahri, membangun imajinasi tentang Indonesia tidak diperlukan trush, tetapi diperlukan kehidupan. Kirab yang dilakukan para pemuda selama 73 hari, hanya ikhtiar untuk mengimajinasi kompleksitas ini.
 
"Hati-hati ya. Sebab ini yang menurut saya diantara kemungkinan jebakan-jebakan kita di masa depan menjadi tidak solid, gara-gara imajinasi tentang Indonesia ini, kita mau sederhanakan. Itu tidak bisa," paparnya. 

Oleh karena itu, ia mengaku sering berulang-ulang sebagai politisi mengingatkan agar jangan ada yang menganggap bahwa Indonesia ini disusun karena kepentingan ekonomi.
 
"Jawa ini diikuti bukan karena lebih maju atau lebih kaya. Bahkan lebih miskin dalam banyak hal. Makanya daerah-daerah di Sumatera menyumbang, Aceh menyumbang Seulawah-nya, Indrapura menyumbang uang jutaan golden. Jadi bukan karena kaya Jawa ini, tapi karena ada imajinasi yang disusun yang menyebabkan kita semua merasa terlibat dari bagian dari narasi itu," ujarnya.

Fahri mengatakan anak-anak muda yang masuk dalam Kirab Pemuda Indonesia 2018 ini, diharapkan mampu merangkai puzzle-puzzle itu dan amanah bagi anak muda untuk meneruskan imajinasi tersebut.

Dia juga meminta kepada para peserta Kirab Pemuda 2018 untuk tidak berhenti menulis dan membaca tentang Indonesia serta tidak berhenti menggambarkan sekompleks apa negara agar lebih banyak orang yang mengerti tentang Indonesia.
 
Dia berharap para anak muda dari 34 provinsi  berserta senior-senior yang ada harus saling berdialog mengingat banyaknya permasalahan yang harus dipahami.

"Terutama melakukan dialog langsung, maksud saya bukan yang terjebak pada kesibukan bersosial media. Kenapa? Kadang-kadang sosial media tidak menjelaskan substanisinya, tetapi menyeret kita kepada sensasinya," ucap Fahri. 

Baca juga: Pemuda sebarkan virus Bhinneka Tunggal Ika
Baca juga: Menpora resmi tutup Kirab Pemuda 2018

Pewarta: Syaiful Hakim
Editor: Budhi Santoso
Copyright © ANTARA 2018