Material bambu layak dikembalikan menjadi bagian penting kebudayaan Indonesia
Jakarta (ANTARA News) - Kubah Bambu karya arsitek Novi Kristinawati Sutono akan menjadi panggung utama 100 Tahun Kongres Kebudayaan Indonesia yang berlangsung di Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan pada 5-9 Desember 2018.

Novi pada Selasa di Jakarta mengatakan kubah bambu itu dibuat setinggi 10 meter dengan diameter 20 meter, untuk menyeimbangkan posisinya dengan gedung-gedung tinggj yang ada di sekitar kawasan Thamrin, Jakarta,

Novi merasa tertantang untuk menggunakan bambu, yang seringkali disepelekan orang, menjadi sebuah karya instalasi raksasa. 

"Material bambu layak dikembalikan menjadi bagian penting kebudayaan Indonesia," kata Novi. 


Sebagai karya instalasi yang unik, panggung bambu karya Novi menggunakan sekitar 1.400 bilah bambu.

 Panggung bambu KKI yang menyerupai kubah, ditutupi dengan materi transparan sebagai atapnya. Dalam proses pemasangan, Novi dibantu 17 orang dan membutuhkan waktu hampir dua minggu. 

"Seluruh pengerjaannya kubah ini langsung bersentuhan dengan tangan manusia, mulai dari awal, pencucian hingga pemasangannya menjadi kubah," kata dia.

Menurut Novi,  bambu adalah material yang lentur sehingga dapat dilengkungkan. Proses pelengkungannya dilakukan secara bertahap dengan melakukan pemanasan terhadap bambu.

"Kekuatan bambu adalah ketika saya bisa memanfaatkan kelenturannya. Bambu berbeda dengan baja. Keunikan bambu adalah keunikannya, kelenturannya adalah kekuatannya," jelas Novi. 

Pemilihan bambu sebagai salah satu instalasi utama pada KKI dimaksudkan sebagai pesan pentingnya kearifan lokal. Menurut Dirjen Kebudayaan, dengan menggunakan bahan dan teknik yang bersumber dari kearifan lokal dapat diciptakan sebuah karya instalasi yang fenomenal.

 "Apa yang berasal dari kearifan lokal tidak hanya bisa dipamerkan untuk skala nasional, bahkan global," kata Hilmar Farid. 

Baca juga: Strategi kebudayaan nasional akan berlaku 20 tahun ke depan
Baca juga: Kongres Kebudayaan Indonesia akan rumuskan Strategi Kebudayaan

Pewarta: Aubrey Kandelila Fanani
Editor: Zita Meirina
Copyright © ANTARA 2018