Jakarta (ANTARA News) — Menteri Ketenagakerjaan M Hanif Dhakiri mengungkapkan di era revolusi industri 4.0 mendatang akan ada 3,7 juta pekerjaan baru yang muncul dan akan ada beberapa pekerjaan lama yang menghilang.

Dalam siaran pers yang diterima di Jakarta, Kamis dia mengatakan dunia industri akan mengalami disrupsi dan mengalami koloborasi beberapa jenis platform baru sehingga menghasilkan jenis industri baru, hal ini berdampak pada jenis pekerjaan dalam industri tersebut.

“Pekerjaan baru akan muncul sebagai dampak ekonomi digital dan 52,6 juta pekerjaan berpotensi akan hilang,” kata Menaker Hanif Dhakiri.

Masa depan pekerjaan dalam era revolusi industri 4.0 akan banyak dipengaruhi oleh kehadiran big data. Keberadaan big data memiliki peluang menjanjikan untuk merevolusi dunia industri secara global.

“Dibandingakan dengan era revolusi industri sebelumnya, generasi ke 4.0 lebih sulit untuk diprediksi arah perubahannya. Kehadiran big data menjadi faktor penting yang melandasi perubahan tersebut,” terang Hanif

Kuncinya ada pada penciptaan tenaga kerja kompeten secara kualitas, kuantitas, dan persebaran. Dimana kualitas harus sesuai kebutuhan pasar kerja. Kuantitas atau jumlah tenaga kerja harus banyak (memadai). Persebarannya merata di seluruh wilayah Indonesia.

Saat ini, terjadi perubahaan paradigma tehadap pekerjaan. salah satu pola yang terbentuk adalah manusia tidak lagi mengejar status pekerjaan tetap, tetapi memilih untuk tetap bekerja.

Hanif kemudian memaparkan tiga kelemahan pekerja Indonesia, yang pertama adalah mengenai karakter dan etos kerja. Di dunia kerja karakter itu menjadi modal utama agar pekerja kita siap bersaing di pasar kerja global.

“Pekerja Indonesia kurang memiliki etos kerja yang kuat, selain itu bila melihat kondisi SDM di Indonesia, kita juga lemah dalam penguasaan bahasa asing (Inggris). Kelemahan lainya pada umumnya adalah penguasaan komputer/IT,” kata Hanif.

Sedangkan Hadi Kuntjara, Direktur Eksekutif The Habibie Center menambahkan bahwa keadilan sosial dalam Sila kelima dari Pancasila dapat dipenuhi melalui ketersediaan lapangan kerja yang merata bagi seluruh rakyat Indonesia.

“Namun, persaingan global akan kualitas tenaga kerja dan keniscayaan hadirnya disruptif teknologi, merupakan tantangan yang harus dihadapi tenaga kerja Indonesia yang 60 persennya masih didominasi lulusan SD-SMP,” kata Hadi.*



Baca juga: 75 juta perangkat pertanian terhubung ke internet pada 2020

Baca juga: Wapres: Revolusi industri tidak bisa disamaratakan


 

Pewarta: Aubrey Kandelila Fanani
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2018