Dubai, 23/12  (ANTARA News) - Kementerian Luar Negeri Iran pada Sabtu (22/12) mengatakan kehadiran militer Amerika Serikat di Suriah "tidak logis dan merupakan sumber ketegangan", kantor berita negara Iran IRNA melaporkan.

Presiden AS Donald Trump telah memulai langkah penarikan seluruh tentara AS dari Suriah dengan menyatakan pada Rabu bahwa mereka telah berhasil menjalankan misi mengalahkan ISIS dan tak lagi diperlukan di negara itu. Rencana tersebut telah mengundang kritik dari para sekutu AS, seperti Inggris dan Prancis, yang menyatakan bahwa kelompok itu belum sepenuhnya dikalahkan.

"Sejak permulaan, masuknya dan kehadiran pasukan Amerika di kawasan merupakan kesalahan, tidak logis dan sumber ketegangan, dan sumber ketgangan dan penyebab utama ketakstabilan," kata Bahram Qasemi, juru bicara Kementerian Luar Negeri Iran.

Dari Kairo, Reuters melaporkan Menteri Luar Negeri Amerika Serikat Mike Pompeo telah menyakinkan Perdana Menteri Irak Adel Abdul Mahdi bahwa AS masih berkomitmen memerangi ISIS di Irak dan kawasan-kawasan lain kendati berencana menarik pasukannya dari Suriah, kata kantor perdana menteri itu pada Sabtu.

"Perdana Menteri Adel Abdul Mahdi menerima panggilan telepon dari Menlu Mike Pompeo, yang menjelaskan rincian penarikan mendatang (pasukan) dari Suriah dan menegaskan komitmen AS memerangi ISIS dan terorisme di Irak dan kawasan-kawasan lain," kata kantor Abdul Mahdi dalam satu pernyataan.

Abdul Mahdi dan Pompeo membahas penarikan tersebut serta keputusan untuk memberi Irak perpanjangan 45 hari mengenai pengabaian dari sanksi terhadap Iran. Pengecualian itu akan memungkinkan Baghdad tetap mengimpor gas Iran yang sangat penting bagi produksi listrik. Para pejabat Irak telah mengatakan mereka memerlukan sekitar dua tahun untuk menemukan sumber alternatif.

Pemerintahan Trump memberlakukan kembali sanksi-sanksi atas ekspor energi Iran pada 5 November, dengan menyebut program nuklir dan campur tangan di Timur Tengah sebagai alasannya.

AS mulai melancarkan aksi udaranya di Suriah pada 2014, dengan menggelar tentaranya di negeri tersebut untuk membantu dalam perang anti-Da`esh (ISIS) bersama mitra lokal pada tahun berikutnya.

Beberapa laporan telah menyatakan pasukan AS akan keluar dalam waktu 60 sampai 100 hari.


Tanggapan Turki

Ankara menyambut baik keputusan AS untuk menarik tentaranya dari Suriah, kata Menteri Luar Negeri Turki Mevlut Cavusoglu pada Jumat (21/12).

"Mengenai keputusan penarikan diri AS ... dari Suriah, kami menyambut baik keputusan tersebut," kata Menlu Cavusoglu dalam taklimat bersama dengan timpalannya dari Malta Carmelo Abela di Ibu Kota Malta, Valletta.

Turki sepenuhnya mendukung keutuhan wilayah Suriah, katanya.

Cavusoglu juga menyatakan bahwa Turki telah memerangi Da`esh "selama bertahun-tahun".

"Kami percaya bahwa Da`esh kalah tapi tetap saja kami akan sangat berhati-hati sebab Da`esh dan kelompok radikal lain masih berada di lapangan," katanya.

Cavusoglu juga mengatakan dia dan pejabat lain Turki sudah mengadakan kontak dengan para pejabat AS "pada tingkat yang berbeda" mengenai masalah itu.

Baca juga: Trump mulai tarik tentara AS dari Suriah
Baca juga: PM Irak bahas penarikan pasukan AS dari Suriah dengan Menlu Pompeo


 
Sumber: Reuters, Anadolu
Editor: Mohamad Anthoni

Pewarta: Antara
Editor: Tia Mutiasari
Copyright © ANTARA 2018