Jakarta (ANTARA News) - Digital Happiness selaku pengembang gim horror PC "DreadOut" sempat menghadapi pembajakan saat permainan tersebut dirilis pada 2014.

"Pembajakannya memang sudah ada bahkan dua hari setelah rilis sudah ada di Mangga Dua," ujar pengembang gim "DreadOut" Rahmat Imron dalam temu media di Jakarta, Rabu.

Rahmat mengatakan bahwa Digital Happiness selaku pengembang telah melakukan upaya sedemikian rupa dari segi teknis untuk menghindari pembajakan.

"Gim-nya kita coding supaya misalnya dia mati ga bisa hidup lagi. Itu memang kita sempat upayakan. Cuma memang tetep pembajak pasti bisa di-crack juga," kata Rahmat.

"Intinya, waktu itu kita sebulan setelah rilis Dreadout itu memang mendorong pengembang lain, bahwa pembajakan akan selalu ada. Maksudnya pembajakan enggak akan bisa bikin bangkrut pengembang, yang bisa bikin bangkrut pengembang itu karena gim-nya enggak bagus," lanjut dia.

Lebih lanjut, Rahmat mengungkapkan bahwa dari total pendapatan gim "DreadOut" hanya 10 persen berasal dari Indonesia. "Sisanya luar negeri, Amerika paling gede," ujar dia.

Gim "DreadOut" diangkat ke layar lebar dengan Kimo Stamboel ("Rumah Dara," "Killers" dan " Headshot") yang duduk sebagai sutradara. Diadaptasi menjadi film, Rahmat berharap permainan ini dapat diapresiasi lebih mudah oleh para gamers.

Produser film "DreadOut" Wida Handoyo melihat bahwa gim yang diadaptasi menjadi film sangat potensial dari segi bisnis. Hal ini karena menggabungkan dua industri yang saat ini tengah menggeliat di Indonesia.

"Ini pertama kali industri gim dan industri film menjadi satu di Indonesia. Film ini bagian dari sejarah bergabungnya industri gim dan industri film Indonesia," kata Wida.

"Terlebih, saat pasarnya gede banget, 52 juta penonton film Indonesia. Yang merajai box office Indonesia juga kebanyakan film bergenre horror," sambung dia.

Sebagai produser dia juga mengungkapkan bahwa film yang akhirnya menghabiskan lebih dari Rp10 miliar tersebut banyak dilirik oleh investor. Dia bahkan mengaku harus memilih mitra yang sesuai dengan visi dan misi mereka.

Tidak hanya soal kekuatan dana, Wida menyebut "kekuatan masing-masing industri" menjadi kriteria untuk bergabung dalam tim investor film "DreadOut," yang kemudian mengerucut kepada CJ Entertainment dan Skymedia dari industri film, dan distributor gim Lyto Game dari industi gim.

"1,5 juta penonton masih bisa dicapai... Pembukaan sekitar 200-an (layar) seluruh Indonesia. Hari pertama semoga mencapai target, bisa menjaga (jumlah), bahkan menambah," ujar Wida.

Baca juga: Pengembang siapkan sekuel gim "DreadOut"

Baca juga: Rencana menjadikan "DreadOut" game mobile terganjal regulasi

Baca juga: Platform digital makin dilirik sebagai saluran distribusi film

 

Pewarta: Arindra Meodia
Editor: Alviansyah Pasaribu
Copyright © ANTARA 2019