Yangon (ANTARA News) - Sembilan orang, termasuk seorang wartawan Jepang, tewas, Kamis, dalam penumpasan terhadap protes anti-pemerintah, kata media pemerintah Myanmar, yang menuduh oposisi pro-demokrasi mengobarkan kerusuhan. Sebelas demonstran cedera, termasuk seorang wanita, kata televisi dalam buletin malam, yang menambahkan bahwa 31 aparat keamanan juga mengalami luka-luka. "Pemrotes melemparkan batu, tongkat dan pisau ke arah pasukan keamanan, dan karena keadaan memburuk, pasukan keamanan terpaksa melepaskan tembakan-tembakan peringatan," kata televisi itu, seperti dikutip AFP. Mereka yang tewas terdiri dari delapan pemrotes dan seorang warga Jepang. Media pemerintah juga mengkonfirmasi bahwa seorang pemrotes tewas Rabu dan tiga orang lain cedera, namun ia tidak menyebutkan kematian tiga biksu yang dilaporkan oleh pejabat-pejabat tinggi yang tidak bersedia disebutkan namanya. Wartawan Jepang yang tertembak dan tewas itu diidentifikasi oleh perusahaannya sebagai Kenji Nagai (50), yang bekerja untuk jaringan berita foto dan video yang berpusat di Tokyo, APF News. Media pemerintah menyatakan, pria Jepang itu membawa sebuah kamera video dan ia memasuki Myanmar dengan visa wisatawan. Visa wartawan dibatasi secara sangat ketat oleh junta militer yang berkuasa. Buletin malam televisi itu menuduh partai oposisi pimpinan Aung San Suu Kyi, Liga Nasional bagi Demokrasi (NLD), mengobarkan kerusuhan dengan membayar orang-orang untuk mengambil bagian dalam protes itu, yang telah berlangsung selama 10 hari berturut-turut. Televisi itu mengatakan bahwa dua anggota NLD, Hla Pe dan Myint Thei, diinterogasi bersama dua pemimpin partai etnik, Htaung Ko Htan dan Chin Sian Thang, atas peranan mereka dalam "pemberontakan tersebut". Pejabat-pejabat NLD mengatakan sebelumnya, dua anggota utama partai itu ditangkap dalam penyerbuan terhadap rumah mereka pada malam hari. Media pemerintah juga menuduh kelompok-kelompok media di pengasingan menciptakan konflik, dan memperingatkan penduduk agar berhati-hati mengenai laporan dari orang-orang yang "memperoleh bayaran dari negara-negara asing". Laporan-laporan saksi, foto dan video yang dibagikan oleh kelompok pengasingan Myanmar memainkan peranan kritis dalam memberi tahu dunia mengenai kejadian-kejadian terakhir di negara yang terisolasi itu. (*)

Pewarta:
Copyright © ANTARA 2007