Jakarta (ANTARA News) - Duta Besar RI untuk Ethiopia, Djibouti dan Uni Afrika, Al Busyra Basnur, mengaku siap meningkatkan kerjasama bilateral antara Indonesia dan Ethiopia di berbagai bidang.

"Ethiopia dalam kurun waktu  20-25 tahun bangkit dari keterpurukan. Negara yang pada 1983-1984 dilanda bencana kelaparan, kini menjadi negara Afrika dengan rata-rata pertumbuhan ekonomi 11,7 persen. Tahun ini diperkirakan tumbuh 8,7 persen," ujar  Al Busyra Basnur di kantor The Centre for Dialogue and Cooperation among Civilisations (CDCC), Jakarta, Senin malam.

IMF memperkirakan pertumbuhan ekonomi Ethiopia pada 2019 ini yang tercepat di Afrika.

Dilansir dalam laman KBRI Addis Ababa, prospek perdagangan di Ethiopia cukup baik, mengingat Ethiopia merupakan negara terluas ke-10 dan jumlah penduduknya terbesar ke-2 di Afrika (setelah Nigeria), serta letak geografisnya di persimpangan jalan antara Afrika, Timur-Tengah, Eropa, dan Asia. 

Berdasarkan data International Trade Center, impor Ethiopia dari Indonesia didominasi oleh sabun, minyak sawit dan turunannya, kertas, benang, suku cadang elektronik, margarin, dan furnitur. Adapun produk Indonesia lainnya yang telah beredar dan memiliki peluang masuk di pasaran Ethiopia, antara lain: kabel (acrylic dan yarn), garment, tekstil, batu baterai, bahan kimia, aki/ baterai kendaraan, glassware, enamelware, barang plastik, pakaian bayi/anak-anak, ban mobil/truk, makanan/foodstuff (mie instant, wafer, permen), dan peralatan medis.

Indonesia mengimpor kapas, kulit kambing, rempah-rempah, dan kopi. Sementara itu, impor utama Ethiopia adalah bahan pangan, hewan ternak, minuman, tembakau, minyak mentah, produk minyak, bahan kimia, pupuk, produk farmasi/ obat-obatan, sabun, produk karet, kertas/produk kertas, tekstil, pakaian, gelas (glassware), logam/produk logam, mesin-mesin dan pesawat terbang, kendaraan bermotor, perlengkapan elektronik, serta perlengkapan telekomunikasi dsb.

Di bidang investasi, terdapat lima perusahaan asal Indonesia yang telah berinvestasi di Ethiopia yaitu PT Indofood (± 7 Juta USD), PT Sinar Antjol (± 5 Juta USD), PT Bukit Perak (± 5 Juta USD), Busana Apparel Group (± 15,2 Juta USD), dan PT Sumber Bintang Rejeki (± 15,2 Juta USD). PT Indofood telah membuka pabriknya sejak pertengahan tahun 2015, sedangkan PT. Sinar Antjol, pabrik pembuatan sabun dan deterjen, telah mulai beroperasi pada triwulan kedua tahun 2018.


 

Pewarta: Azis Kurmala
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2019