Pekanbaru (ANTARA News) - Tim gabungan hingga kini terkendala untuk memadamkan kebakaran hutan dan lahan (Karhutla) di Pulau Rupat, Kabupaten Bengkalis, Riau, karena hembusan angin sangat kencang membuat api cepat menyebar.

"Daerah ini berada di tepi laut jadi angin sangat kencang, ini membuat kebakaran sulit dipadamkan dan makin meluas. Sekarang ini, kebakaran sudah terjadi di wilayah semua desa di Kecamatan Rupat, kata Kepala Kepala Daerah Operasi (Kadaops) Manggala Agni Dumai, Jusman ketika dihubungi Antara dari Pekanbaru, Kamis.

Manggala Agni adalah unit khusus pemadam kebakaran di bawah Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan(KLHK).

Manggala Daops Dumai terdiri dari 60 personel, yang wilayah tugasnya meliputi Kota Dumai, Kabupaten Bengkalis dan Rokan Hilir.

Rupat adalah nama pulau yang masuk wilayah Kabupaten Bengkalis.

Jusman mengatakan, Karhutla sudah meluas di enam desa di Kecamatan Rupat yakni Pergam, Perpul, Teluk Leca, Sri Tanjung, Gumen, dan Sukarjo Mesin.

Ia mengatakan luas, lahan gambut yang terbakar belum bisa dipastikan, namun diperkirakan sudah mencapai ratusan hektare (ha).

"Karena angin kencang ketika kita memadamkan di sini, timbul di sebalah sana. Luas kebakaran diperkirakan sudah mencapai ratusan hektare," katanya.

Menurut Jusman, ada 13 regu Manggala Agni dari Daops Dumai dan bantuan dari daerah lain.

Selain itu, ada juga warga setempat, perusahaan, TNI, Polri dan BPBD Bengkalis ikut mencoba memadamkan api.

Namun, akibat faktor cuaca membuat kebakaran terus meluas, apalagi api di gambut mudah sekali menyebar di bawah permukaan. "Jumlah personel sepertinya tidak sebanding dengan luas kebakaran yang ada sekarang," ujarnya.

Ia mengatakan sudah meminta bantuan agar helikopter dari KLHK pada 22 Februari 2019 bisa membantu pemadaman dari udara.

"Rencananya besok (Jumat) ada helikopter KHLK dari Dumai yang akan membantu pemadaman," kata Jusman.

Sedangkan, Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Riau, Edwar Sanger mengatakan, luas lahan terbakar sejak Januari 2019 mencapai sekitar 857,71 ha. Paling banyak di Bengkalis, yakni 639 ha.

Sementara daerah lain juga terjadi kebakaran lahan, namun api sudah berangsur padam. Seperti di Rokan Hilir 117 ha, Dumai 46,5 ha, Kepulauan Meranti 20,2 ha, Pekanbaru, 16 ha, Kampar 14 ha, serta Siak 5 ha.

Edwar menjelaskan, kondisi kebakaran hutan di Rupat, Bengkalis, sulit dipadamkan karena jauh dari sumber air sehingga petugas keawalahan melakukan pemadaman.

"Kebakaran di Bengkalis semakin meluas dan api sulit dipadamkan karena kurangnya alat pemadaman serta air yang sulit didapatkan di lokasi," ujarnya.

Sementara itu, berdasarkan informasi dari Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Stasiun Pekanbaru, citra satelit pada Kamis sore mendeteksi ada 36 titik panas (hotspot) tersebar di Riau.

Titik panas paling banyak di Bengkalis ada 17 titik, Indragiri Hilir tujuh titik, menyusul di Meranti, Dumai dan Pelalawan masing-masing tiga titik.

Kemudian di Rokan Hilir ada dua titik, dan Siak satu titik. Dari jumlah tersebut, yang memiliki tingkat keakuratan di atas 70 persen ada 24 titik. Sehingga kemungkinan besar itu merupakan titik api Karhutla.

Titik api berada di Bengkalis sebanyak 12 titik, Indragiri Hilir enam titik, Dumai tiga titik serta Meranti, Pelalawan dan Rokan Hilir masing-masing satu titik.

Riau kini sudah berstatus Siaga Darurat Karhutla, sejak 19 Februari hingga 31 Oktober 2019.*


Baca juga: Riau minta bantuan BNPB cegah karhutla meluas

Baca juga: Satgas Gabungan berjibaku padamkan kebakaran hutan-lahan di Riau dan Sumut


 

Pewarta: Febrianto Budi Anggoro
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2019