Yangon (ANTARA News) - Penguasa militer (junta) Myanmar menahan lagi empat pemimpin aksi protes anti-pemerintah yang bersembunyi selama pekan-pekan terakhir ini, kata sumber-sumber di sini Ahad. Empat orang, diidentifikasi sebagai Htay Kywe, Aung Thu, Ko Ko, dan Mi Mi, Sabtu malam ditahan, kata sumber-sumber dari pihak oposisi. Keempat orang yang ditahan adalah anggota kelompok `Mahasiswa Generasi 88` yang memainkan peran memimpin aksi-aksi protes damai terhadap kenaikan harga bahan bakar minyak yang dimulai 19 Agustus dan kemudian semakin meningkat 24-25 September dengan sekitar 100.000 demonstran di Yangon yang dipimpin oleh para biksu Budha. Htay Kywe bersembunyi sejak 21 Agustus, ketika 12 tokoh Generasi 88 lainnya ditahan. Kelompok ini menentang dengan cara non kekerasan terhadap pemerintah junta Myanmar, yang lahir pada 1988 sebagai gerakan pro demokrasi yang berakhir dalam aksi penumpasan bersimbah-darah. Aksi-aksi protes bulan lalu juga diakhiri dengan aksi kekerasan. Pada 26-27 September polisi anti huru-hara dan tentara menyerang para biksu dan pengikut-pengikut mereka dengan tongkat, gas airmata dan peluru di dalam serangan gencar yang menyebabkan 10 orang meninggal, menurut angkat resmi, dan lebih dari 2.000 lainnya ditahan. Namun klaim dari pihak-pihak lain menyatakan jumlah korban mencapai hampir 200 orang. Unjuk brutalitas terakhir rezim ini dikecam oleh masyarakat internasional dan terdapat seruan-seruan keras untuk dilakukannya dialog antara junta dan pihak-pihak yang berusaha membentuk demokrasi di negara yang telah diperintah militer sejak 1962 itu. Myanmar adalah salah satu rezim yang terasing di dunia sepanjang sejarahnya akibat kebenciannya kepada orang-orang asing (xenophobia) dan ketidakpercayaan dari pihak Barat. Kecaman-kecaman dari masyarakat internasional terhadap junta menimbulkan respon yang meningkatkan kekerasan. Pada Sabtu lalu, puluhan ribu pelaku aksi protes pro pemerintah berkumpul di Yangon untuk menggelar demonstrasi menentang campurtangan pihak luar terhadap urusan dalam negeri Myanmar. Diperkirakan 50.000 orang bergabung dalam pawai pro pemerintah di Lapangan Olahraga Thuwanna di Yangon, kata para saksi mata. Massa meneriakkan slogan-slogan yang mengecam pemberontakan yang dipimpin para biksu bulan lalu, dan menyerukan perlunya dipulihkan `perdamaian dan keamanan`, serta meminta organisasi-organisasi internasional dan pemerintah-pemerintah tidak mencampuri urusan dalam negeri Myanmar. Aksi-aksi demontsrasi ini disponpori oleh pemerintah. Pada Kamis lalu, Dewan Keamana PBB mengeluarkan pernyataan keras yang menyesalkan aksi penumpasan yang dilakukan militer setempat terhadap para demonstran pro demokrasi, demikian laporan AFP. (*)

Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2007