Palembang (ANTARA) -  Pulau Maspari sebuah pulau yang terletak di paling timur Kabupaten Ogan Komering Ilir (OKI), Sumatera Selatan dan berbatasan dengan Selat Bangka Belitung itu memang cukup indah, dikelilingi laut dan karang yang sangat mempesona.
Namun untuk menuju ke Pulau Maspari membutuhkan waktu lebih dari enam jam dari Palembang dengan menggunakan kapal yang menelusuri Sungai Musi. Bisa juga melalui desa Sungai Lumpur, Kabupaten OKI dengan menggunakan perahu.

Pemprov Sumatera Selatan terus menata dan mempercantik pulau tersebut agar dapat menjadi tempat wisata unggulan bagi Sumsel.

Wakil Gubenur Sumsel Mawardi Yahya mengatakan, pulau terluar Sumsel itu  sebenarnya sudah mulai dikelola sejak zaman Gubernur Rosihan Arsyad. Waktu itu Gubernur yang berasal dari Angkatan Laut itu meneliti pulau itu untuk lokasi bertanding cabang olahraga selam PON di Palembang 2004.

Sekarang, lanjut Wagub, Pemprov Sumsel berupaya kembali menghidupkan dan mempopulerkan Maspari sebagai destinasi wisata baru di Sumsel yang menjanjikan.

Pulau itu  sekarang ini sudah dikembangkan menjadi tempat pembibitan ikan dan udang untuk menjadi percontohan. Di sana juga sudah dilakukan penangkaran penyu bersisik dan penyu hijau.

Tidak tanggung-tanggung, untuk memaksimalkan tempat pembenihan udang windu, ikan bandeng dan ikan laut, ia bahkan belajar langsung ke Jepara.

"Di sini akan kita bangun pusat pembenihan ikan dan udang. Karena saya lihat dari daerah Wahyu Mandira sampai ke Bangka petani tambak udang perlu perhatian pemerintah sehingga perlu ada pengadaan benih," katanya.

Memang, selama ini mereka beli bibit ikan di Bali, Lampung dan Jepara Jawa Tengah karena Sumsel belum punya pembenihan, jelas Mawardi.

Memang sejak beberapa kali dikunjungi, Pulau Maspari mulai memiliki daya pikat. Potensi perikanannya yang besar bahkan membuat beberapa petani tambak dan nelayan daerah saling mengklaim seperti dari Lampung dan Babel.

Hal ini pula yang mendasari pihaknya dan Kapolda serta dinas terkait membangun posko terpadu.

"Tadi malam kita lihat penyu bersisik bertelur dan itu menarik sekali. Ini punya nilai jual yang tinggi kalau dikelola dengan baik. Maka dari itu pihaknya akan menata daerah tersebut secara bertahap," ujar dia.

Bukan itu saja, kegiatan ekonomi di pesisir pantai juga sudah mulai ramai bahkan jadi rebutan.

Sehubungan dengan itu wagub minta bantuan Polair, Lanal, dinas kebudayaan dan pariwisata dan dinas perikanan dan kelautan serta desa setempat untuk membangun posko terpadu.

Kapolda Sumsel Irjen Pol Zulkarnain Adinegara memang memastikan bahwa wilayah di sekitar Maspari aman. Namun  tetap diperlukan posko keamanan mengingat  daerah tersebut juga dekat dengan laut lepas dan perlintasan kapal di mana perompak tetap perlu diwaspadai.  

Selain membangun posko terpadu yang ditargetkan selesai 2020,  perlu dilakukan  edukasi kepada masyarakat setempat untuk menjaga dan ikut berpartisipasi mengembangkan potensi Pulau Maspari, tambah Mawardi.

Begitu juga  pembinaan kepada masyarakat pesisir agar jangan sampai mengganggu ekosistem di sekitar pulau seperti  hutan lindung.

Memang saat ini akses menuju ke lokasi masih terus dibenahi agar Pulau Maspari makin mudah dikunjungi dan dinikmati keindahannya.

Wagub juga berencana segera membuat helipad untuk membuka akses melalui jalur udara menuju Pulau Maspari tersebut.

"Intinya kalau suatu daerah itu menarik pasti dikejar. Contohnya Raja Ampat, jauh tapi masih diburu orang. Nah kita buat Pulau Maspari ini semenarik mungkin. Bisa dengan wisata penyu bersisik bertelur, snorkeling di pantai, atau kuliner ikan," katanya.

Sebagai bentuk kepedulian akan kelestarian pantai ini dari ancaman abrasi, dalam kunjungan kerja itu Wagub Sumsel menanam pohon mangrove dan kelapa di sekitar bibir pantai. Setelah itu dilakukan juga penangkaran penyu bersisik secara khusus.

Tidak banyak yang tahu bahwa Maspari juga memiliki keistimewaan lain karena ternyata merupakan pulau favorit bagi kawanan penyu bersisik (Eretmochelys Imbricata) dan penyu hijau (Chelonia Mydas) sebagai tempat bertelur, kata Ketua Tim Ekspedisi Ceng Ho, Agus Sunyoto yang ikut Wagub saat bermalam di Pulau Maspari.

Untuk melihat langsung bagaimana penyu-penyu ini bertelur, rombongan rela menginap, keluar tenda dan menunggu di bibir pantai hingga dini hari.

Meski tak tidur semalaman, rasa lelah mereka langsung terbayar setelah menyaksikan langsung bagaimana keunikan penyu ini bertelur di tengah kegelapan malam.

Menurut Agus,  tidak semua pantai disukai penyu. Karena pasti ada alasan khusus mereka mau datang jauh-jauh ke Maspari setelah mengembara melintasi samudera.

"Biasanya penyu tertarik datang ke suatu pulau itu bisa menjadi indikator bahwa pulau tersebut sehat, tersedia sumber makanan dan terumbu karang yang masih bagus," jelasnya.

Dia mengatakan, umumnya penyu yang datang itu justru yang dahulunya memang lahir di pulau Maspari. Karena itu meskipun mereka berkelana keliling samudera, namun berkat GPS alami yang dimiliki, mereka dapat kembali lagi ke Pulau Maspari yang kini digalakkan menjadi destinasi wisata baru di Sumsel.

Penyu bersisik dan penyu hijau yang ada di Maspari sudah sepatutnya  dilestarikan karena keduanya masuk dalam 6 jenis spesies penyu yang masih tersisa di dunia.

Oleh karena itu tim eksepdisi meneliti penyu ini sekaligus mengedukasi masyarakat yang ada di sekitar pulau untuk bersama-sama menjaga penyu dari ambang kepunahan.

Umumnya saat musim bertelur datang, lanjut dia, sedikitnya 16-20 ekor setiap hari serentak bertelur di sekitar pulau. Biasanya mereka mulai keluar untuk bertelur pada pukul 22.00 WIB hingga menjelang fajar saat aktivitas manusia  berkurang.

Setiap penyu rata-rata membutuhkan waktu satu jam untuk sekali bertelur dan setiap induk biasanya mengeluarkan sebanyak 150 hingga 250 butir tiap satu kali bertelur.

Selain pertengahan bulan Februari, penyu-penyu betina ini akan banyak bertelur pada bulan Mei antara 3-4 tahun sekali.

Bagi pecinta hewan, ujar Pelaksana Tugas Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Sumsel Akhmad Najib, momen ini tentu sangat langka dan sayang dilewatkan begitu saja.

"Namun sayangnya, banyak warga yang datang justru hanya untuk mencuri telur penyu di sana. Cangkang penyu sering dijadikan obat-obatan kosmetik atau hiasan. Telurnya mitosnya untuk kejantanan," paparnya.

Saat akan bertelur penyu cenderung sangat penyendiri. Tak heran apabila terganggu cahaya sedikit saja pada saat mau mengeluarkan telur, maka induk penyu akan kembali melaut.

Dia meyakini, pantai Maspari yang masih sangat alami dan minim cahaya, menjadi salah satu daya pikat penyu untuk berkembang biak.

"Mereka tahu di sini tidak ada gangguan dan mereka juga sudah memastikan posisi lubang telur penyu tidak terendam air laut. Perut penyu dapat mendeteksi suhu," jelasnya.

Pemprov juga tidak menutup kemungkinan mendatangkan arkeolog untuk meneliti sejarah di Pulau Maspari.

"Kita kan belum tahu asal muasal Pulau Maspari. Siapa tahu ini dulunya pulau bersejarah kan bisa menarik juga. Semoga ke depan Maspari bisa menjadi kebanggaan Sumsel," tambah Mawardi.

Selain menjadi lokasi aktivitas penyu bertelur, konon Pulau Maspari sangat bersejarah dan diduga menjadi tempat Laksamana Ceng Ho bersama 28.000 pasukannya singgah dan menambatkan 137 kapal-kapal layar di karang tinggi.

 Pulau dengan pasir putih ini memang menjanjikan pemandangan sunset dan sunrise yang sangat indah bahkan cocok  menjadi lokasi bagi pecinta snorkeling, diving, selancar, memancing hingga kegiatan pantai lainnya seperti berkano.
 

Baca juga: Pulau Maspari berpotensi jadi kawasan konservasi penyu
Baca juga: Sumsel masih andalkan wisata Sungai Musi


 

Pewarta: Ujang Idrus
Editor: Dewanti Lestari
Copyright © ANTARA 2019