Jakarta (ANTARA) -
Wakil Ketua MPR RI Hidayat Nur Wahid mengingatkan masyarakat Indonesia tidak perlu membesarkan kekhawatiran dan ketakutan terhadap temperatur politik yang memanas menjelang pemilu presiden 2019.

"Indonesia memiliki pengalaman panjang menyelenggarakan pemilu dan setiap menjelang pemilu situasinya selalu panas. Namun, setelah pemilu selesai dan ada pemimpin yang terpilih, maka masyarakat kembali damai lagi," kata Hidayat Nur Wahid pada diskusi Empat Pilar MPR RI: "Konsolidasi Nasional untuk Pemilu Damai", di Gedung MPR/DPR/DPD RI, Jakarta, Senin.

Menurut Hidayat, setiap selesai pemilu masyarakat kembali pada kehidupan bermasyarakat secara damai. Karena itu, menghadapi pemilu presiden 2019, kata dia, sebagian masyarakat Indonesia tidak terlalu membesar-besarkan kekhawatiran dan ketakutan.

Wakil Ketua Majelis Syuro Partai Keadilan Sejahtera (PKS) ini menjelaskan, situasi yang panas menjelang pemilu presiden saat ini, tidak akan sampai membelah bangsa Indonesia, apalagi membelah negara Indonesia. "Perbedaan pilihan adalah wajar, tergantung bagaimana penyikapannya. Perbedaan pilihan itu harus disikapi secara dewasa dan bijaksana," katanya.

Hidayat menceritakan, soal kekhawatiran masyarakat Indonesia akan terbelah atau bubar sudah terjadi pada saat Soeharto yang telah berkuasa selama 32 tahun mundur dari jabatan presiden. "Saat itu, muncul wacana-wacana, bahwa Indonesia bisa bubar," katanya.

Pengganti Presiden Soeharto, kata dia, adalah BJ Habibie yang berlatar belakang sipil, memimpin Indonesia dalam proses transisi dari era orde baru ke era reformasi. "Ternyata Pak Habibie dapat membawa proses transisi itu secara baik dan tidak terjadi gejolak di masyarakat," katanya.


Hidayat menambahkan, pada saat Presiden KH Abdurrahman Wahid atau Gus Dur diberhentikan oleh MPR RI, sebagian masyarakat juga ada yang khawatir Indonesia akan terbelah, tapi kekhawatiran itu juga tidak terbukti. "Kalau saat ini ada kekhawatiran Indonesia akan terbelah, itu berlebihan," katanya.

Pewarta: Riza Harahap
Editor: Yuniardi Ferdinand
Copyright © ANTARA 2019