Hasil analisa dan prakiraan cuaca bisa menjadi dasar bagi pemerintah daerah dan petani dalam membuat keputusan memulai tanam dan memperkirakan masa panen
Sampit (ANTARA) - Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mendorong pemerintah daerah dan petani di Kalimantan Tengah memanfaatkan informasi cuaca untuk meningkatkan sektor pertanian dan mengurangi risiko kegagalan panen.

"Dengan mengetahui kondisi cuaca dan iklim lebih awal diharapkan masyarakat sudah bisa mengantisipasi lebih awal juga, sehingga kalau misalkan diprediksi ada kondisi cuaca ekstrem atau musim yang ekstrem, masyarakat sudah bisa menyiapkan antisipasinya lebih awal," kata Deputi Bidang Meteorologi BMKG Raden Mulyono Rahadi Prabowo di Sampit, Kabupaten Kotawaringin Timur, Kalteng, Rabu.

Hal itulah,kata dia, yang mendasari BMKG gencar melakukan sosialisasi kepada masyarakat terkait pemanfaatan informasi cuaca. Di antaranya seperti sosialisasi agroklimatologi 2019 di Sampit.

Kegiatan ini diikuti perwakilan sejumlah instansi terkait pemerintah kabupaten dan kota serta stasiun meteorologi di Kalimantan Tengah. Selain itu, turut hadir sejumlah kelompok tani di Kotawaringin Timur.

Prabowo menjelaskan, BMKG berkewajiban memonitor kondisi perubahan iklim dan cuaca dari waktu ke waktu. Selanjutnya, BMKG wajib memberikan informasi kondisi cuaca dan iklim itu kepada seluruh masyarakat, diminta maupun tidak diminta oleh masyarakat.

Namun kini BMKG gencar mendorong petani dan segenap pemangku kepentingan pemerintahan untuk memanfaatkan informasi cuaca untuk berbagai hal, seperti antisipasi bencana maupun optimalisasi sektor pertanian.

Ia mengatakan hasil analisa dan prakiraan cuaca bisa menjadi dasar bagi pemerintah daerah dan petani dalam membuat keputusan memulai tanam dan memperkirakan masa panen.

Menurut dia, ketergantungan masyarakat Indonesia terhadap hasil pertanian masih sangat besar. Karena itulah informasi cuaca sangat bermanfaat untuk mengoptimalkan hasil serta mencegah kegagalan panen akibat dampak musim seperti kering dan banjir.

Selama ini,katanya, petani sudah memanfaatkan informasi tentang cuaca, namun umumnya berdasarkan pengalaman dan prediksi jangka pendek. Padahal saat ini sering terjadi anomali atau penyimpangan cuaca sehingga penting untuk mempelajari informasi cuaca yang analisanya didapat berdasarkan hasil keilmuan.

"Lahan, bibit dan pengairan bisa diatur. Tapi yang tidak bisa ditawar adalah kondisi iklim karena tidak bisa ditolak, namun kita bisa menyesuaikan diri. Iklim atau cuaca ekstrem pada saat tertentu bisa merugikan bahkan menimbulkan korban, tapi dengan informasi cuaca lebih awal maka diharapkan dampaknya bisa dikurangi," kata Raden Mulyono Rahadi Prabowo.

Sementara itu, anggota Komisi V DPR RI Rahmat Nasution Hamka berharap pemerintah daerah tidak mengabaikan terkait informasi cuaca. Pemerintah diharapkan membuat program dan memfasilitasi masyarakat untuk mempelajari dan mendapatkan informasi cuaca sesuai kebutuhan.

"Bukan sekadar untuk pertanian, informasi cuaca juga penting bagi pemerintah daerah, seperti mempertimbangkan kapan proyek fisik harus dimulai agar tidak terganggu musim hujan. Informasi cuaca juga penting sebagai pertimbangan jika pemerintah daerah ingin melaksanakan kegiatan," kata Hamka.

Wakil rakyat asal daerah pemilihan Kalimantan Tengah ini menilai sosialisasi agroklimatologi yang digelar BMKG hanya sebagai stimulan. Selanjutnya diharapkan inisiatif pemerintah kabupaten dan kota untuk melaksanakan sosialisasi serupa secara berkelanjutan bersama BMKG sehingga masyarakat makin memahami dan terus memperbarui informasi cuaca untuk berbagai kepemimpinan.

Baca juga: BPPT dorong pertanian gunakan teknologi modifikasi cuaca

Baca juga: Pertanian Indonesia dinilai kuat hadapi cuaca ekstrem

Pewarta: Kasriadi/Norjani
Editor: Andi Jauhary
Copyright © ANTARA 2019