Jakarta (ANTARA) - Dianggap sukses bersama klub-klubnya di Liga Inggris, Ajax membeli Dusan Tadic yang sudah berumur 30 tahun dari Southampton seharga 10 juta pound dan Daley Blind (29) dari Manchester United seharga 14 juta pound.

Sembilan bulan kemudian langkah ini terbukti menjadi langkah cerdik klub Liga Belanda itu.

Tadic si Serbia sepanjang musim ini sudah mencetak 34 gol dan 21 assist, sedangkan Blind sukses membentuk kemitraan tangguh di belakang bersama si kapten berusia 19 tahun, Matthijs de Ligt.

Dua alumnus Liga Inggris itu adalah bagian kunci dari sukses Ajax yang sedang memburu treble dan bersiap menghadang Tottenham pada leg pertama Liga Champions, Rabu dini hari pukul 02.00 WIB nanti.

Nilai transfer Tadic dan Blind dianggap murah di Liga Inggris, tetapi bagi Ajax dan Liga Belanda harga itu terbilang mahal. Predikat pemain termahal Ajax saat ini masih disandang pemain sayap asal Serbia, Miralem Sulejmani, yang dibeli pada 2008 dalam harga 14,63 juta pound.

Pakar sepak bola Belanda Elko Born mengatakan Ajax mengubah strategi transfer mereka dengan menaikkan batas gaji dan mendatangkan pemain-pemain berpengalaman.

Sedangkan manajer Ajax Erik ten Hag mengungkapkan bahwa dia dan direktur sepak bola Marc Overmars akhir musim lalu sepakat menyimpulkan bahwa tim mereka kekurangan pemain berpengalaman yang berusia 25 tahunan ke atas.

"Itu sungguh langkah besar untuk ditempuh, tetapi investasi itu terbayar lunas," kata Born kepada BBC Sport.

Baca juga: Tottenham serasa sedang hidupkan impian

Tadic

Tadic hanya mencetak 24 gol dari 162 pertandingan bersama Southampton selama empat tahun, tetapi bersama Ajax dia melewati angka itu hanya dari 51 pertandingan.

Dia hanya satu tingkat di bawah pemain PSV Eindhoven Luuk de Jong yang menjadi top skorer Liga Belanda dengan 27 gol dan kedua di bawah Lionel Messi dalam soal jumlah gol di Liga Champions.

Tadic juga terlibat pada 34 persen dari 160 gol yang diciptakan Ajax musim ini. Dua dari assist dan satu golnya terjadi saat membinasakan Real Madrid 4-1 pada 16 Besar Liga Champions.

Ten Hag memberi Tadic keleluasaan bergerak. Dia kerap bermain di sayap kiri, tetapi juga bisa berperan sebagai false nine.

Dia dan gelandang serang asal Maroko, Hakim Ziyech, adalah dua kreator Ajax yang bebas bergerak merajalela di depan trio gelandang De Jong, Lasse Schone dan Donny van de Beek.

Tadic mengaku bosan di Liga Inggris karena pemain ofensif tidak cukup dilindungi oleh wasit.

"Liga Inggris mungkin terlalu main fisik bagi dia, sebaliknya dia sangat cocok dengan gaya bermain Ajax. Ajax adalah tim teknis yang memburu bola dan menusuk ke jantung pertahanan dengan bermain cerdas," sambung Born.

Baca juga: Van Dijk ingin hapus memori kelam di Nou Camp

Blind

Sedangkan Blind, fans Manchester United mungin saat ini iri kepada Ajax ketika saat bersamaan tim kesayangan mereka terseok-seok di Liga Inggris.

Blind dibeli United oleh Louis van Gaal yang juga dari Belanda pada 2014, tetapi perannya dipreteli oleh Jose Mourinho sampai kemudian pada Juli tahun lalu Blind pulang kampung memperkuat klub masa kecilnya, Ajax.

Pemain Timnas Belanda itu selalu diturunkan sebagai starter pada setiap pertandingan Ajax di Eredivisie atau liga utama Belanda, dengan menyandang pengumpan terbaik di liga dan mencetak lima gol. Dia juga selalu menjadi starter pada semua dari 10 jadwal laga Ajax di Liga Champions.

Menurut Born, fans Ajax tadinya skeptis terhadap Blind. "Tetapi skeptisme itu sekarang sudah hilang, dia telah membuktikan diri bahwa dia memang pantas dihargai mahal."

Blind juga diuntungkan oleh sistem permainan Ten Hag dan kemitraannya dengan De Ligt menjadi kunci keberhasilan Ajax.

"Dia tidak cocok di Liga Inggris. Bek di sana mengandalkan fisik dan lebih menyangkut bola-bola jauh ke depan untuk menghadapi penyerang-penyerang kuat," kata Born seperti dikutip BBC.

"Tetapi Ajax mengusai bola sepanjang waktu. Pertahanan mereka tidak terlalu mengandalkan duel atau adu bola atas, karena lebih menyangkut posisi yang benar saat menerima bola dan membantu serangan."

"De Ligt lebih kuat ketimbang Blind -lebih merupakan stopper - sedangkan Blind lebih teknis dan lebih berperan aktif ke depan. Kepercayaan diri De Light sepertinya telah membuat Blind menjadi lebih percaya diri lagi, mereka membangun kemitraan yang tangguh dan punya chemistry yang hebat."

Baca juga: Solskjaer harus berani tidak mainkan De Gea

Pewarta: Jafar M Sidik
Editor: Teguh Handoko
Copyright © ANTARA 2019