“Pendidikan yang berkualitas adalah penentu kesejahteraan ekonomi rakyat. Oleh karena itu, adalah tugas kita bersama untuk memastikan generasi masa depan memenuhi syarat untuk memasuki pasar kerja masa depan,” ujar Fachir. 
Jakarta (ANTARA) - Kerja sama pendidikan tinggi antara Indonesia dengan negara-negara Timur Tengah dan anggota Organisasi Kerja Sama Islam (OKI) diharapkan tidak hanya berfokus pada bidang Agama Islam dan Bahasa Arab, tetapi ditingkatkan ke bidang-bidang keilmuan yang bisa mendorong ekonomi.

Kantor Utusan Khusus Presiden RI untuk Timur Tengah dan OKI membahas peningkatan kerja sama pendidikan tinggi dalam sebuah simposium di Jakarta, Kamis, yang dihadiri para duta besar dan perwakilan kedutaan besar dari 19 negara.

Wakil Menteri Luar Negeri AM Fachir yang hadir dalam pembukaan simposium tersebut mengatakan bahwa kualitas pembangunan manusia akan menentukan kemajuan transformasi ekonomi pada era revolusi teknologi seperti saat ini, yang membutuhkan kerja sama untuk memajukan sistem pendidikan.

“Pertama, kita harus mengarahkan kerja sama pendidikan tinggi agar lebih fokus pada agenda transformasi ekonomi, dan menandai prioritas masa depan kita,” kata Wamenlu.

Wamenlu Fachir menjelaskan bahwa di negara-negara di Timur Tengah mulai melakukan diversifikasi ekonomi untuk mengurangi ketergantungan pada sektor migas.

Sedangkan negara-negara berkembang, termasuk Indonesia, mendorong pembangunan infrastruktur sebagai upaya transformasi ekonomi.

Wamenlu Fachir menambahkan bahwa era globalisasi telah membuka jalur baru menuju kesejahteraan ekonomi yang mengharuskan pengembangan Industri 4.0, yaitu, tren di dunia industri yang menggabungkan teknologi otomatisasi dengan teknologi siber.

Pada Industri 4.0, teknologi manufaktur sudah masuk pada tren otomatisasi dan pertukaran data yang mencakup sistem siber-fisik, internet of things (IoT), komputasi awan, dan komputasi kognitif.

“Dalam situasi seperti ini kita tidak memiliki pilihan lain selain mengambil langkah strategis untuk meningkatkan kerja sama pendidikan tinggi dengan tujuan yang diselaraskan dengan prioritas nasional untuk pengembangan ekonomi,” tutur Fachir.

Selain pendidikan tinggi, kerja sama pendidikan juga perlu difokuskan pada pendidikan vokasi mengingat sebagian besar negara berpenduduk Muslim adalah negara berkembang.

“Kita perlu mengidentifikasi bidang kejuruan tertentu yang sesuai dengan agenda pembangunan ekonomi kita, dan membangun kolaborasi yang efektif untuk mendapatkan manfaat dari keunggulan komparatif dari negara-negara mitra,” Fachir melanjutkan.

Wamenlu juga menyoroti perlunya upaya untuk menghubungkan dan mencocokkan pendidikan tinggi dengan kebutuhan sektor riil.

Pada 2050, kawasan Timur Tengah dan Afrika Utara diproyeksikan dapat menciptakan 300 juta lapangan kerja baru yang dapat dimanfaatkan populasi kaum muda yang memasuki pasar tenaga kerja.

“Pendidikan yang berkualitas adalah penentu kesejahteraan ekonomi rakyat. Oleh karena itu, adalah tugas kita bersama untuk memastikan generasi masa depan memenuhi syarat untuk memasuki pasar kerja masa depan,” ujar Fachir. 
 

Pewarta: Yashinta Difa Pramudyani
Editor: Eliswan Azly
Copyright © ANTARA 2019