Makassar (ANTARA) - Direktur Utama Rumah Sakit Khusus Daerah (RSKD) Dadi (kejiwaan), Dr Arman Bausat mengatakan alihfungsi RSKD Dadi menjadi RSKD Kanker bakal dijadikan ikon Sulawesi Selatan dan menjadi pusat rujukan kanker di Indonesia Timur.

"Ini akan menjadi ikon Sulawesi Selatan dan Gubernur ingin agar dikembangkan 10 tahun ke depan," ungkap Dr Arman pada presentasi studi kelayakan RSKD Kanker Sulawesi Selatan, di Kantor Dinas Kesehatan Sulsel, Makassar, Rabu.

Berdasarkan studi kelayakan, Dr Arman mengaku setuju terhadap perencanaan alih fungsi tersebut. Pasalnya, pelayanan kesehatan RSKD Dadi diakui stagnan sehingga memang diperlukan penyegaran.

"Stagnan terus pelayanannya (RSKD Dadi) jadi memang wajar kalau Gubernur berfikir pelayanan kesehatan jiwa di Dadi perlu terjadi penyegaran, itu cocok juga," ungkapnya.

Studi kelayakan menunjukkan tinjauan dari segi kelayakan hampir memenuhi 100 persen, kecuali pada sisi kebutuhan SDM. Hanya saja, sektor ini dianggap bukanlah masalah utama sebab hampir di semua pembangunan rumah sakit mengalami hal serupa.

Utamanya pada segi akses, kata Dr Arman, pemilihan RSKD Dadi telah tepat untuk membangun RSKD Kanker. Apalagi, hal ini menjadi perencanaan untuk pusat rujukan kanker di Indonesia Timur.

"Jadi memang harus yang dekat dari semua, jika lokasinya di kampung maka pasti pasien banyak yang lari dan akan lebih memilih perawatan di tempat lain," katanya.

Sementara terkait pemindahan RSKD Dadi ke RSUD Sayang Rakyat, Dr Arman mengemukakan telah melakukan survei ke RSUD Sayang Rakyat, ditambah dirinya pernah menjabat sebagai direktur di sana. Alhasil, ia menilai perencanaan ini terbilang tepat.

Dr Arman bercerita, pada awalnya, RSUD Sayang Rakyat telah direncanakan 1000 tempat tidur sehingga tanahnya dipastikan cukup untuk menampung sekitar 700 pasien jiwa yang saat ini ada di RSKD Dadi.

"Memang tempat tidur di RSUD Dadi hanya 120 karena pasiennya yang cukup minim tapi saya fikir ini tidak ada masalah, karena kan sudah dirancang jadi 1000 tempat tidur, jadi tidak ada masalah," jelas Dr Arman.

Terpenting saat ini, menurut Dr Arman yakni persyaratan kelengkapan jiwanya perlu dibenahi dan diperbaiki, karena perbedaan pelayanan pada pasien jiwa dan fisik. Pasien jiwa membutuhkan perawatan khusus kejiwaan.

Di tempat yang sama, Ketua Tim Studi Kelayakan RSKD Kanker Sulsel, Dr Syahrir A Pasinringi pada pemaparannya menyampaikan, butuh dana sebanyak 150 milliar untuk pembangunan fisik RSKD Kanker dengan target penyelesaian selama tiga tahun.

"Ini tergantung dari APBN maupun APBD Sulsel karena pembangunan tergantung pada ketersediaan dana," kata Dosen FKM Unhas ini.

Bukan itu saja, perencanaan 450 tempat tidur pada pelayanan pusat rujukan kanker tersebut diperkirakan akan menelan anggaran sebesar 200 miliar. Sedangkan, untuk kelengkapan alat membutuhkan biaya sekitar 300 miliar

"Tahap awal kita bisa mulai dengan 200 tempat tidur dulu, kemudian berangsur ditambah pada tahun ke tiga," katanya.

Hanya saja, lanjut Dr Syahrir, persoalan utama pada studi kelayakan alih fungsi rumah sakit ini ialah ketersediaan SDM berupa 38 dokter spesialis dan sub spesialis.*


Baca juga: Alihfungsi RSKD Dadi menjadi RSKD Kanker Sulsel sedang dikaji

Baca juga: Sulsel dapat jatah bangun RSKD Kanker dari Kemenkes


 

Pewarta: Nur Suhra Wardyah
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2019