Jakarta (ANTARA) - Pegiat hak kesehatan seksual dan reproduksi Harry Kurniawan mengatakan pelayanan kesehatan peduli remaja di tingkat Puskesmas belum maksimal dalam memberikan layanan.

"Layanan masih berpusat pada sisi pengobatan, belum mengedepankan aspek pencegahan dan promosi," kata Harry dalam jumpa pers yang diadakan Yayasan Kesehatan Perempuan di Jakarta, Kamis.

Harry mengatakan layanan yang belum maksimal itu disebabkan oleh beberapa aspek. Misalnya, masih banyak masyarakat yang tertutup dan tidak menganggap kesehatan reproduksi sebagai hal yang penting.

Selain itu, tidak semua remaja juga mengetahui ada pelayanan kesehatan peduli remaja di Puskesmas, walaupun layanan tersebut sudah ada sejak 2003.

"Waktu pelayanan kesehatan peduli remaja juga tidak ramah remaja karena mengikuti jam buka Puskesmas yang hanya sampai jam 14.00. Padahal, saat itu remaja masih berada di sekolah," tuturnya.

Ketersediaan petugas yang ramah remaja dan ruangan khusus juga menjadi persoalan. Hal itu menyebabkan remaja yang mengakses layanan tersebut tidak mendapatkan privasi untuk menyampaikan masalah kesehatan yang mereka hadapi, terutama tentang kesehatan reproduksi.

Sementara itu, Ketua Yayasan Kesehatan Perempuan Herna Lestari mengatakan kebanyakan Puskesmas hanya memberikan pelayanan kesehatan peduli remaja seadanya saja.

"Pelayanan yang diberikan hanya seadanya, asal ada saja," ujarnya.

Padahal, untuk Puskesmas memberikan pelayanan kesehatan peduli remaja sebenarnya tidak terlalu sulit, yaitu memiliki layanan konseling dan penyuluhan.

"Namun, hanya memberikan penyuluhan saja dianggap sudah melakukan pelayanan kesehatan peduli remaja," katanya.

Padahal, keterbatasan akses layanan dan informasi terkait kesehatan reproduksi bagi remaja menimbulkan risiko bagi status kesehatan mereka. Remaja menjadi tidak memiliki pilihan untuk merencanakan kesehatan mereka. 

Baca juga: Remaja permisif berisiko terhadap masalah kesehatan reproduksi
Baca juga: Penyuluh agama diajak sosialisasikan kesehatan reproduksi remaja
Baca juga: Kesehatan reproduksi remaja diharapkan masuk kurikulum nasional

Pewarta: Dewanto Samodro
Editor: Budhi Santoso
Copyright © ANTARA 2019