Jakarta (ANTARA News) - Lembaga Swadaya Masyakarat (LSM) Jatam (Jaringan Advokasi Tambang) menggelar "South to South Film Festival" (StoS), sebuah ajang Festival Film Lingkungan yang akan berlangsung selama tiga hari 25-27 Januari 2008. Tema yang diangkat adalah "Vote for Live" (Memilih untuk Hidup). "StoS ingin menyampaikan suara perjuangan masyarakat dari negara-negara Selatan yang jarang sampai ke ranah publik," kata Koordinator Jatam, Siti Maemunah, kepada ANTARA, Selasa. Ia melanjutkan, "Diharapkan StoS bisa menjadi inspirasi untuk perjuangan masyarakat di kawasan-kawasan yang menghadapi dampak negatif eksploitasi sumber daya alam, yang mengancam keselamatan dan produktivitas hidup mereka, dan tentunya bagaimana perjuangan mereka untuk mengatasi itu semua." Sebanyak 11 film pendek dan 5 film panjang akan ditayangkan selama tiga hari berturut-turut di Goethe-Institute Jakarta, mulai Jumat hingga Minggu, 25-27 Januari 2008. Pada hari pertama (Jumat, 25/1) festival akan dibuka dengan penayangan film "Sipakapa Is Not for Sale", sebuah film yang bercerita tentang perjuangan masyarakat Sipakapa di Guatemala, untuk menentukan masa depan kotanya; menerima atau menolak operasi tambang di wilayahnya tersebut lewat referendum. Film ini telah masuk ke dalam beberapa festival, seperti di Festival Film Lingkungan Hidup ("Environmental Film Festival") di Toronto tahun 2006 dan "The Native Spirit Festival" yang digelar di London tahun 2007. Pada hari kedua (Sabtu, 26/1) festival film akan menampilkan seri film pendek "Forest Series", yaitu "Chained to Charcoal", "Forest Fortune" dan "Wildlife`s Worry". Masih pada hari yang sama, pertunjukan akan diisi dengan seri film pendek ?Water Series?, yaitu "Fish of Fees", "Niger, "A Life Line", dan "Teluk Jakarta Under Pressure". Film panjang yang akan diputar pada hari kedua adalah "Penusa Tana" dan "Mahua Memoirs". Selain memutar film, kegiatan juga bakal diselingi dengan bincang-bincang bertemakan "Vote for Life" dan atraksi musik dari kelompok "Seven Soul". Menurut Siti Maemunah, sesi bincang-bincang akan menghadirkan narasumber Mira Lesmana (pembuat film) dan Nirina Zubir (artis), selain Siti sendiri yang akan mewakili kalangan aktivis lingkungan hidup. Pada hari terakhir (Minggu, 27/1) akan ditayangkan film-film yang berkaitan dengan perubahan iklim, yaitu "Laut yang Tenggelam" dan "Suit Utik" (Indonesia), "The Pampas Unknown Desert" (Brazil), "Jonathan Brown and the Lost Penguin" (Australia), "The Fridge" (Chechnya), dan "The Last Boy Riding" (Philipina). Sebagai penutup, film "Too Hot Not To Handle" hasil besutan sineas Amerika Serikat akan ditampilkan dalam festival StoS 2008. Pada hari terakhir, bincang-bincang akan mengambil tema "We are Connected" yang dipadukan dengan alunan musik asyik dari "Cozy Street Corner". Untuk sesi ini, dihadirkan pembicara seperti Javari Firdaus (produser film "Laut yang Tenggelam"), Nurhidayati (pegiat dari Greenpeace), M. Abduh Azis (pengamat film), dan Miss Indonesia Earth 2007. "Dalam festival ini kami juga akan menggelar lomba puisi dan poster bertemakan "Pesan kepada Presiden 2009 - 2014", sebagai desakan buat para pemimpin kita dalam mengelola sumber daya alam," katanya. Tidak cuma itu, Festival Film StoS 2008 akan dimeriahkan pula dengan pameran foto bertajuk "We are Connected". Pameran foto akan menampilkan potret-potret penghancuran kawasan sumber daya alam yang jarang atau bahkan tak pernah sampai ke ruang-ruang publik di kota, terutama yang terjadi di belahan selatan dunia. Foto-foto tersebut akan menghubungkan para penghuni kota, yang saat ini menjadi pemakai utama kayu, energi, perhiasan dan barang elektronik, dengan komunitas pedesaan yang menjadi tempat kayu ditebang, sawit ditanam, emas digali, dan minyak dibor. Pameran foto akan dilaksanakan pada hari Jumat (pukul 14.00-22.00 WIB), Sabtu dan Minggu (pukul 10.30?22.00WIB). Festival Film StoS pertama kali digelar dua tahun silam, tepatnya 25-27 Januari 2006. Saat itu tema yang diangkat adalah "Di Balik Kemilau Emas". Berbagai film menyemarakkan kegiatan ini, di antaranya "Bye-Bye Buyat" (Indonesia), "Amazon Oil-pipeline", "Pollution", "Corruption and Poverty" (Ekuador), "The Evergreen Island" (Papua Nugini), "Choropampa", "The Price of Gold" (Peru), dan "The Company We Keep" (Inggris).(*)

Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2008