Konsep bermusik Ciao Lucifer sederhana, persahabatan antara dua pemuda. Berawal dari kisah dua teman sekolah yang melihat musik sebagai sebuah kesempatan untuk berpergian
Jakarta (ANTARA) - Ciao Lucifer yang terdiri dari Marnix Dorrestein (gitar, vokal) dan Willem Wits (drum, vokal) asal Belanda akan manggung di Indonesia pada akhir Juni dan awal Juli.

Erasmus Huis dalam keterangan resmi, Sabtu, mengumumkan duo musisi itu akan tampil di Tembi Rumah Budaya, Yogyakarta pada 27 Juni, Studio Lokananta Solo pada 3 Juli dan Erasmus Huis Jakarta pada 6 Juli.

Konsep bermusik Ciao Lucifer sederhana, persahabatan antara dua pemuda. Berawal dari kisah dua teman sekolah yang melihat musik sebagai sebuah kesempatan untuk berpergian.

Lagu-lagu mereka telah diseleksi dengan baik oleh teman sejawat perempuan yang senang menari. Jika lagunya tidak disukai oleh teman-teman mereka, musiknya tidak dipakai. Yang tetap adalah persahabatan dalam bentuk musik. Lo-fi powerpop , ibarat Unknown Mortal Orchestra yang menyanyikan lagu cover dari Beatles di pernikahan The Kills.

Setelah bertahun-tahun bereksperimen dengan metode produksi yang cukup rumit, Ciao Lucifer kembali ke bisnis awal mereka, gitar, drum dan vokal.

Set intrumen sederhana ini menampilkan pertunjukan mereka yang liar, dan energi yang murni. Apa yang dilihat, itulah yang didapat, tanpa disadari, lagu pop sederhana ini membuat pendengar menari.

Terlepas dari Ciao Lucifer, kedua anggota memiliki rekam jejak yang luas. Marnix Dorrestein (gitar, vokal) memiliki gelar sarjana dan master dari Departemen Musik Pop dari Conservatory of Amsterdam.

Pencapaiannya meliputi rekor emas untuk memproduksi dan menulis bersama album "Kersvers" dari Herman van Veen dan penghargaan Edison untuk adaptasi modern musik abad ke-17 untuk album "Hush" dengan mezzo-soprano Nora Fischer.

Selain membuat musik, Willem Wits (drum, vokal) menyutradarai dan menulis untuk film dan teater. Pada 2012, ia lulus dari jurusan seni multidisiplin di Royal Arts Academy / Royal Conservatory di The Hague dan Leiden University.

Film debutnya, "Dertig Meter", memenangkan kategori Film Pendek Belanda Terbaik di Festival Film Internasional Amsterdam. Film keduanya, "Moment", ditayangkan di museum Van Gogh. Setelah lulus, ia telah mengerjakan banyak video, produksi teater dan proyek musik.

Pewarta: Nanien Yuniar
Editor: Edy Supriyadi
Copyright © ANTARA 2019