Jakarta (ANTARA) -- Salah satu staf pengajar Departemen llmu Kesehatan Mata Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUl) yang juga merupakan salah satu dokter mata di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) Dr. dr. Virna Dwi Oktatiana, SpM (K), bekerjasama dengan Western Austrdia’s Lions Eye Institute (LEI), berhasil mengembangkan implan glaukoma, Virna Glaucoma Implant (VGI), untuk pengobatan glaukoma atau penyakit mata yang ditandai dengan kerusakan saraf mata.
 
"Ide awalnya, tentu karena begitu tingginya jumlah penderita glaukoma di Indonesia, tapi tidak diimbangi dengan ketersediaan metode pengobatan yang terjangkau," jelas Virna.

Kebutaan masih merupakan masalah kesehatan di Indonesia, dan glaukoma merupakan penyebab kebutaan kedua setelah katarak, dan jumlah penderitanya terus meningkat. Di Indonesia, data Kementerian Kesehatan mencatat, prevalensi pengidap glaukoma mencapai 4,6 per 1.000 penduduk. Sedangkan prevalensi glaukoma menurut Jakarta Urban Eye Health Study mencapai 2,53 persen.

Di antara berbagai pilihan pengobatan penyakit glaukoma, pemasangan implan glaukoma merupakan metode terakhir yang dipilih jika berbagai jalan menurunkan tekanan intraokular tidak juga berhasil. Nanun demikian, akses terhadap pengobatan ini masih sangat terbatas, terutama karena harga implan yang mahal.

"Saya ingin membuat glaukoma implant dengan harga terjangkau bagi masyarakat dan mudah pengerjaannya," jelas Virna.

VGI telah mendapatkan izin edar dari Kemenkes dan akan diproduksi massal oleh PT Rohto Laboratories Indonesia (Rohto).

Boald of Director Rohto Mukdaya Masidy, menambahkan, penemuan ini diharapkan dapat menurunkan prevalensi kebutaan akibat glaukoma di Indonesia.
"Semoga produk ini membuka akses bagi lebih banyak penderita glaukoma, sehingga pada akhirnya menurunkan prevalensi glaukoma dari waktu ke waktu," tukasnya.

Pewarta: PR Wire
Editor: PR Wire
Copyright © ANTARA 2019