Jayapura (ANTARA) - Warga di kawasan pantai wisata Base-G, Distrik Jayapura Utara, Kota Jayapura, Papua, Kamis sore melepasliarkan tukik atau 32 penyu lekang ke alam.

Pelepasan itu juga dihadiri oleh sejumlah pejabat dari Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSA) Provinsi Papua dan Dinas Kehutanan Provinsi Papua dan disaksikan sejumlah pengunjung atau wisatawan lokal di pantai Base-G.

Kepala Bidang Teknis BBKSDA Provinsi Papua, Askhari Daeng Masiki mewakili Kepala BBKSDA Edward Sembiring mengatakan enam dari tujuh spesies penyu yang ada di dunia ditemukan di Indonesia. Penyu lekang atau Lepidochelys olivaceae merupakan satu dari enam jenis penyu yang hidup di perairan Indonesia dan ada di Papua.

"International Union for Conservatioan pf Nature and Natural Resuorce (IUCN) telah menyatakan semua penyu di Indonesia masuk dalam appendix I yang artinya perdagangan internasional penyu untuk tujuan komersil dilarang, termasuk juga Penyu lekang dan penyu ini juga dilindungi berdasarkan PP Nomor 106 tahun 2018 tentang jenis tumbuhan dan satwa yang dilindungi," katanya.

Menurut dia, puluhan tukik itu ditemukan pada Selasa pekan ini di pantai Base-G oleh seorang warga Kayu Batu bernama Jhon Filex Makanuay. Tukik penyu tersebut kemudian diambil atau dikumpulkan oleh yang bersangkutan untuk diamankan dan langsung
berinisiatif menghubungi atau melaporkan kepada pihak BBKSDA Papua.

"Dari hasil laporan tersebut kemudian, kami dari BBKSDA Papua melalui kepala Resort TWA Youtefa segera melakukan pengecekan lokasi di rumah Jhon Filex Makanuay. Hasil pemeriksaan ditemukan tukik penyu sebanyak 32 ekor yang telah diamankan dalam wadah ember atau loyang," katanya.

Kemudian tukik atau anakan penyu tersebut, kata Askhari di bawa ke kantor BBKSDA Papua untuk penanganan lebih lanjut.

"Kondisi tukik sampai saat ini dalam keadaan sehat, seperti rekan-rekan lihat saat di lepasliarkan tadi," katanya.

Berkaitan dengan itu, Askhari mengimbau masyarakat yang ada di kawasan itu dan pada umumnya di Papua agar menjaga habitat dari penyu lekang.

"Kami juga mengajak masyarakat apabila menemukan tukik atau anakan penyu agar langsung melaporkan kepada ke Balai melalui Call Center BBKSDA Papua. Kami juga mengucapkan terima kasih kepada masyarakat yang berperan aktif dalam rangka menjaga dan melindungi keberlangsungan habitat dan populasi tukik di alam," katanya.

"Kami juga berterima kasih kepada pihak-pihak terkait yang ikut serta dalam mendukung upaya konservasi penyelamatan penyu, dan satwa lainnya terutama yang dilindungi oleh undang-undang," kata Askhari.

Jhon Felix Makanuay warga Kayu Batu, Distrik Jayapura Utara, Kota Jayapura mengaku bingung pertama kali melihat ada puluhan tukik atau anakan penyu yang ditemukan di bibir pantai Base-G dan sempat menyimpan sehari lamanya.

"Saya bingung ketika melihat banyak anak penyu keluar dari pasir di bawah pondok. Lalu, saya laporkan ke warga dan ada yang menyarankann untuk melaporkan ke BBKSDA atau ke Dinas Kehutanan, sehingga hari ini kami bisa lepasliarkan kembali ke alam bersama-sama," kata Jhon.

Sementara itu, Kepala Dinas Kehutanan Provinsi Papua Yan Ormuseray mengapresiasi warga di kawasan bibir pantai Base-G dan sekitarnya yang begitu peduli dengan kelestarian satwa atau penyu lekang dengan melaporkan hal itu kepada instansi teknis terkait.

"Terima kasih kepada  Jhon Felix Makanuay dan juga warga lainnya yang sudah peduli untuk bersama-sama menjaga kelestarian alam dan satwa, terutama penyu lekang ini. Kami berharap agar tetap jaga keharmonisan alam sekitar, karena biasanya indukan penyu akan kembali untuk bertelur lagi," kata Yan.

Baca juga: WWF lepasliarkan 78 tukik lekang di Aceh
Baca juga: 31 penyu raksasa bertelur di Raja Ampat
Baca juga: Masyarakat Raja Ampat lepas 380 tukik penyu ke laut

Pewarta: Alfian Rumagit
Editor: Masnun
Copyright © ANTARA 2019