kualitasnya tidak bagus, kadang asam dan asin. Selain itu warnanya juga kecokelatan
Jakarta (ANTARA) - Warga Muara Baru Gedong Pompa, Kelurahan Penjaringan, Kecamatan Penjaringan, Jakarta Utara mulai merasakan dampak kekeringan dan mengeluh sumur yang menjadi sumber air mereka mulai mengering. 

"Kalau kemarau begini air sumur berkurang, jadi menimbanya cuma bisa sedikit-sedikit," kata Maryati (59) warga Muara Baru Gedong Pompa, saat ditemui di Muara Baru, Kamis.

Menurut Maryati, kondisi berkurangnya air sumur bukan saja dialami sumurnya, tetapi juga terjadi di sejumlah sumur umum yang ada di perkampungan warga RW 20 tersebut.

Jika satu sumur berkurang airnya, warga akan berpindah ke sumur lain yang ada di rumah warga lainnya untuk mendapatkan air, ujarnya.

Air sumur, menurut dia, dimanfaatkan oleh warga bersama-sama untuk keperluan mencuci piring, keperluan mencuci baju, dan mengepel lantai.

Pemanfaatan air sumur ini juga membantu warga menghemat pengeluaran untuk membeli air bersih yang sehari-hari diperlukan, ujarnya.

Sehari warga membeli air bersih dari penjual keliling dengan harga Rp10 ribu per toren (120 liter).

"Kalau untuk sehari-hari saya beli air. Pakai air sumur hanya untuk siram-siram toilet," kata Yati (55) warga lainnya.

Air sumur yang dimiliki warga. menurut dia,  kualitasnya tidak bagus, kadang asam dan asin. Selain itu warnanya juga kecokelatan.

"Warga jarang pakai air sumur untuk minum atau mandi, hanya untuk bersih-bersih di kamar mandi dan cuci," kata Yati.

Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Pusat mengatakan dua wilayah di Jakarta Utara memasuki masa hari tanpa hujan lebih panjang yakni 30 sampai 61 hari.


Baca juga: BMKG imbau warga DKI Jakarta bijak gunakan air
Baca juga: BMKG : DKI Jakarta bersiap hadapi kekeringan

 

Pewarta: Laily Rahmawaty
Editor: Dewanti Lestari
Copyright © ANTARA 2019