Penguatan organisasi dulu. Pembenahan ekonomi. Kalau sudah kuat, maka dia akan melakukan (mendirikan negara) khilafah."
Jakarta (ANTARA) - Kepala Biro Penerangan Masyarakat Polri Brigjen Pol Dedi Prasetyo mengatakan kelompok teroris Jamaah Islamiyah (JI) memiliki basis massa terbesar di Jawa Barat.

"Memang paling kuat di Jawa Barat. Pengaruhnya signifikan," kata Brigjen Dedi di Mabes Polri, Jakarta, Selasa.

Baca juga: Terduga teroris di Magetan diduga anggota JI

Baca juga: Densus telusuri sumber pendanaan Jamaah Islamiyah

Baca juga: Densus 88 menangkap pemimpin Jamaah Islamiyah yang lama buron


Selanjutnya di Jawa Tengah dan di sebagian Jawa Timur disebut-sebut sebagai wilayah dengan basis massa kedua dan ketiga terbesar bagi JI.

"Kemudian di Sumatera. Kalimantan dan Sulawesi (pengikutnya) tidak banyak. Ada juga (pengikut) yang di Papua Barat," katanya.

Berbeda dengan organisasi teroris Jamaah Ansharut Daulah (JAD), JI enggan mengikuti pola JAD yang kerap melancarkan serangan teror, baik yang dilakukan oleh pelaku tunggal maupun secara kelompok.

JI lebih memilih untuk menguatkan kondisi finansialnya serta memastikan struktur organisasinya diduduki oleh orang-orang berintelektual.

"Penguatan organisasi dulu. Pembenahan ekonomi. Kalau sudah kuat, maka dia akan melakukan (mendirikan negara) khilafah," katanya.

JI diketahui melakukan pendekatan ke berbagai lapisan masyarakat.

JI menyebarkan pahamnya melalui pendekatan pengajian. Selain itu JI juga berusaha meraih simpati melalui pendekatan ke partai politik.

Sebelumnya, Densus 88 Antiteror Polri menangkap tersangka teroris Para Wijayanto di Kota Bekasi, Jawa Barat pada 29 Juni 2019.

Para diketahui menjadi amir atau pemimpin JI sebelum akhirnya ia ditangkap Densus.

Dia buronan kelas kakap yang terlibat banyak kasus terorisme, mulai dari kasus bom Bali, kasus bom Natal, kasus bom Kedutaan Besar Australia dan sejumlah kasus teror lainnya.

"PW (Para Wijayanto) sudah ditetapkan DPO (daftar pencarian orang) dua kali. Tapi baru kali ini tertangkap," katanya.

Pewarta: Anita Permata Dewi
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2019