Denpasar (ANTARA News) - Museum Arma di perkampungan seniman Ubud, 20 km timur laut Denpasar, menambah sepuluh koleksi berupa lukisan hasil sentuhan seniman Bali selama 2007 dan upaya itu dilakukan melalui seleksi yang ketat. Dengan demikian museum yang dibangun di atas hamparan lahan seluas empat hektar itu hingga sekarang mempunyai 300 koleksi berupa lukisan berbagai corak dan ragam, kata pemilik Museum tersebut Anak Agung Gede Rai, Selasa. Ia mengatakan, koleksi museum sebagian besar karya-karya seniman terkenal dari berbagai negara di belahan dunia, khususnya yang pernah melakukan aktifitas seni di Ubud, disamping karya-karya seniman Indonesia. Dalam mengelola museum secara profesional, selain menampilkan koleksi lukisan, juga menyuguhkan acara yang mampu mengungkap keunikan dan keragaman seni budaya Indonesia, khususnya Bali. Hal itu didasari atas keberanian, inspirasi, melihat kedepan, menghargai tantangan dan berwawasan ke masa depan. Agung Rai menambahkan, museum yang dikelolanya selain memiliki 300 koleksi juga dilengkapi dengan empat ruangan khusus, yang masing-masing ruangan mengoleksi karya-karya seniman besar. Keempat ruangan tersebut masing-masing mengoleksi lukisan karya almarhum dr Anak Agung Made Djelantik, salah seorang putra raja Karangasem, Bali timur. Ruangan khusus untuk mengoleksi karya Walter Spies, warga negara Jerman yang pernah bermukim di perkampungan seniman Ubud. Di tempat ini ia menghasilkan karya-karya seni serta memperkenalkan Bali pada era tahun 1930-an kepada dunia barat, hingga akhirnya Bali terkenal di mancanegara. Upaya itu dilakukan dengan mengajak seniman tabuh dan tari Bali untuk mengadakan lawatan ke berbagai negara di Eropa. Demikian pula seniman lukis dan patung dibina sedemikian rupa dengan tetap berpijak pada akar seni budaya Bali. "Karya-karya seniman Bali juga dipamerkan di kota-kota bergengsi di berbagai negara di belahan dunia antara lain Paris, padahal kala itu Indonesia belum merdeka," kata Agung Rai. Berkat keberhasilan Walter Spies membangun "jembatan" yang menghubungkan Bali dengan dunia barat, menjadikan para ilmuwan dan peneliti dunia tertarik untuk datang ke Bali. Salah seorang di antaranya adalah Miguel Covarrubias, penulis, pelukis dan antropolog kelahiran Meksiko. Lewat bukunya yang berjudul "Island of Bali", Covarrubias memperkenalkan pesona seni budaya dan tari Bali kepada dunia barat. Museum Arma untuk menghormati jasa Walter Spies membangun ruangan khusus yang menjadi bagian museum untuk mengkoleksi karya-karyanya. Lukisan karya Walter Spies hingga kini dapat dihitung dengan jari. Satu di antara beberapa buah lukisan goresan Walter Spies menjadi koleksi Museum Arma Ubud. Lukisan berukuran 40 kali 60 sentimeter diberi judul "Calonarang", dibuat tahun 1927, saat Walter Spies baru menginjakkan kakinya di Bali, setelah sebelumnya tinggal di Keraton Yogyakarta. Dua ruangan khusus lainnya masing-masing mengkoleksi karya jaman Pitamaha dan karya seniman Raden Saleh, kata Agung Rai.(*)

Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2008