Kupang (ANTARA) -
Pola tekanan rendah 1007 hPa di Samudera Pasifik Timur Filipina, dan sirkulasi di perairan utara Papua Barat, telah memicu tinggi gelombang di sejumlah wilayah perairan laut Nusa Tenggara Timur (NTT), dalam tiga hari ke depan.

"Pola angin di wilayah utara ekuator umumnya dari Tenggara-Barat Daya dengan kecepatan 4–20 knot, sedangkan di wilayah selatan ekuator umumnya dari Timur–Tenggara dengan kecepatan 4-25 knot," kata Kepala Stasiun Meteorologi Maritim Tenau, Ota Welly Jenni Thalo, di Kupang, Rabu.

Menurut dia, kecepatan angin tertinggi terpantau di perairan laut Bengkulu-Enggano, Perairan selatan Banten hingga Jawa Barat, Selat Makassar bagian selatan, Perairan Bitung - Manado, Laut Banda, Laut Arafuru.

Kondisi inilah yang mengakibatkan peningkatan tinggi gelombang di sekitar wilayah tersebut, katanya.

Dia menambahkan, potensi gelombang tinggi yang diperkirakan mencapai 2,5 Meter terjadi di Selat Sape bagian selatan, perairan Kupang-Pulau Rote dan Laut Timor Selatan NTT.

Selain itu, gelombang setinggi 3,0 meter berpotensi terjadi di Laut Sawu dan 3,5 meter di Selat Sumba bagian barat, perairan selatan Pulau Sumba dan Samudera Hindia Selatan NTT.

Dia mengimbau operator pelayaran dan nelayan untuk memperhatikan risiko tinggi terhadap keselamatan pelayaran.

Untuk perahu nelayan (kecepatan angin lebih dari 15 knot dan tinggi gelombang di atas 1.25 meter), kapal tongkang (kecepatan angin lebih dari 16 knot dan tinggi gelombang di atas 1.5 meter).

Selanjutnya, kapal ferry (kecepatan angin lebih dari 21 knot dan tinggi gelombang di atas 2.5 meter), kapal ukuran besar seperti kapal kargo/kapal pesiar (kecepatan angin lebih dari 27 knot dan tinggi gelombang di atas 4.0 meter).

Kepada masyarakat yang tinggal dan beraktivitas di pesisir sekitar area yang berpeluang terjadi gelombang tinggi agar tetap selalu waspada, katanya menambahkan. ***3***





 

Pewarta: Bernadus Tokan
Editor: Triono Subagyo
Copyright © ANTARA 2019