Moskow (ANTARA News) - Polisi Rusia menahan lebih dari 40 orang yang berdemonstrasi di dekat Istana Kremlin di Moskow karena memanfaatkan suatu upacara pernikahan agar bisa masuk ke wilayah terlarang tersebut, kata para saksi. Menurut para saksi, sekitar 50 pengunjuk rasa dari kelompok sayap kiri, National Bolshevik Party, memperdaya polisi yang berjaga di kawasan itu dengan cara menjadi rombongan pengantin yang sedang melakukan upacara pernikahan. Setelah mereka berada di dekat Execution Place di sebelah katedral St Basil, kelompok tersebut membuat polisi kaget dengan cara menyalakan api dan membentangkan spanduk berisi tuntutan "kebebasan untuk para tawanan politik" dan berteriak "Kami ingin Rusia yang lain!". Mereka selanjutnya diamankan kepolisian. "Aksinya berlangsung sekitar 10 atau 15 menit," kata Lyudmila Mamina, jurubicara gerakan oposisi Other Rusia, yang menyatukan penganut neo-Bolshevik maupun liberalis pasar. "Lalu polisi pengendali massa datang dan mengamankan sekitar 40 orang ke dalam bus-bus. Mereka menganiaya sebagian pengunjuk rasa. Satu demonstran dianiaya hingga pingsan saat di bus," kata Mamina. Kepolisian Polisi menolak berkomentar. Satuan penjaga Kremlin, FSO, yang merupakan pengganti badan intelijen KGB, mengatakan mereka tersadarkan dengan insiden tersebut. "FSO prihatin karena wilayah bersejarah dan berbudaya yang dijaga sangat ketat itu --Kremlin Moskow termasuk Lapangan Merah --terpilih sebagai tempat untuk melakukan aksi tanpa izin ini," ungkap kantor berita PIA mengutip jurubicara FSO, Sergei Devyatov kepada Reuters.(*)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2008