Konsumsi gula secara berlebihan ternyata dapat memicu peradangan di otak

Konsumsi gula secara berlebihan ternyata dapat memicu peradangan di otak

Gula dapat mengganggu fungsi kognitif, memicu peradangan, menyebabkan gangguan mood seperti depresi, dan bahkan memicu kecanduan

Jakarta (ANTARA) Ketika kita mengonsumsi makanan atau minuman manis, kadar gula darah kita akan melonjak dan tubuh akan memproduksi insulin guna membantu gula masuk ke sel-sel tubuh sebagai energi.

Namun, jika konsumsi gula terlalu sering dan berlebihan, tubuh bisa menjadi resisten terhadap insulin. Kondisi ini disebut insulin resistensi dan dapat menyebabkan berbagai masalah kesehatan, termasuk gangguan pada fungsi otak.

Dikutip dari berbagai sumber terpercaya salah satunya pafipulangpisau.org, ada beberapa efek negatif gula pada otak.

Efek Negatif Gula pada Otak
1. Gangguan Kognitif
Konsumsi gula berlebih dapat secara signifikan mengganggu fungsi kognitif kita. Otak kita sangat bergantung pada glukosa sebagai sumber energi utama. Namun, lonjakan gula darah yang drastis dan terus-menerus akibat konsumsi gula berlebihan dapat mengganggu keseimbangan ini.

Akibatnya, kemampuan kita untuk berpikir jernih, mengingat informasi, dan berkonsentrasi bisa terganggu. Penelitian menunjukkan bahwa pola makan tinggi gula dikaitkan dengan penurunan volume otak, terutama di area yang terkait dengan memori dan pembelajaran.

Selain itu, gula juga dapat merusak ujung-ujung saraf (neuron) yang berperan dalam transmisi sinyal di otak, sehingga memperlambat proses berpikir dan membuat kita merasa "foggy".

2. Peradangan
Gula tidak hanya menyebabkan lonjakan gula darah, tetapi juga memicu respons inflamasi dalam tubuh. Peradangan kronis yang disebabkan oleh konsumsi gula berlebih dapat merusak jaringan otak dan mengganggu fungsi normalnya.

Beberapa penelitian menunjukkan bahwa gula dapat meningkatkan produksi protein yang disebut advanced glycation end products (AGEs), yang dapat menempel pada protein lain di otak dan menyebabkan kerusakan. Peradangan kronis di otak juga dikaitkan dengan peningkatan risiko penyakit neurodegeneratif seperti Alzheimer dan Parkinson.

3. Depresi dan Gangguan Mood
Hubungan antara gula dan mood mungkin terdengar mengejutkan, namun penelitian menunjukkan bahwa ada korelasi yang kuat antara keduanya. Ketika kita mengonsumsi makanan manis, kadar gula darah kita akan melonjak, diikuti oleh penurunan yang drastis.

Fluktuasi gula darah yang ekstrem ini dapat mengganggu keseimbangan hormon dalam tubuh, termasuk hormon serotonin yang berperan dalam mengatur suasana hati. Serotonin yang rendah dikaitkan dengan depresi dan kecemasan. Selain itu, gula juga dapat memengaruhi produksi hormon stres seperti kortisol, yang dapat memperburuk gejala depresi.

4. Kecanduan
Mungkin terdengar berlebihan untuk menyebut gula sebagai zat adiktif, namun penelitian menunjukkan bahwa gula dapat memicu mekanisme penghargaan di otak yang serupa dengan zat adiktif lainnya seperti kokain dan nikotin.

Ketika kita mengonsumsi makanan manis, otak akan melepaskan dopamin, neurotransmitter yang terkait dengan perasaan senang dan kepuasan. Seiring waktu, otak dapat menjadi lebih toleran terhadap dopamin, sehingga kita perlu mengonsumsi gula dalam jumlah yang semakin banyak untuk mendapatkan efek yang sama. Hal ini dapat menyebabkan siklus kecanduan yang sulit dihentikan.

Tips Mengurangi Konsumsi Gula
1. Baca Label Makanan dengan Teliti
Membaca label makanan adalah langkah pertama yang krusial dalam mengurangi konsumsi gula. Banyak makanan olahan, bahkan yang tidak terasa manis, mengandung gula tambahan dalam jumlah yang signifikan.

Perhatikan nama-nama lain dari gula seperti fruktosa, sukrosa, glukosa, sirup jagung fruktosa tinggi, dan maltosa. Semakin tinggi letak gula dalam daftar bahan, semakin banyak kandungan gulanya. Selain itu, perhatikan juga ukuran porsi yang tertera pada label, karena jumlah gula yang tercantum biasanya per porsi.

2. Batasi Minuman Manis
Minuman manis seperti soda, jus buah kemasan, dan minuman energi adalah sumber gula terbesar dalam diet banyak orang. Ganti minuman manis dengan air putih, teh tanpa gula, atau infus buah.

Jika Anda menyukai rasa manis, tambahkan irisan lemon, jeruk nipis, atau daun mint ke dalam air putih Anda. Hindari juga minuman olahraga yang mengandung banyak gula, kecuali jika Anda benar-benar melakukan aktivitas fisik yang berat.

3. Pilih Makanan Alami
Makanan olahan seringkali mengandung banyak gula tambahan. Sebaliknya, makanan alami seperti buah-buahan, sayuran, dan biji-bijian utuh mengandung gula alami dan serat yang membantu mengontrol kadar gula darah.

Buah-buahan mengandung fruktosa, sejenis gula alami yang diserap tubuh lebih lambat dibandingkan gula tambahan. Namun, konsumsi buah tetap harus dibatasi, terutama untuk buah-buahan yang manis seperti mangga dan pisang.

4. Masak Sendiri di Rumah
Memasak sendiri di rumah memungkinkan Anda mengontrol jumlah gula yang ditambahkan ke dalam makanan. Gunakan rempah-rempah dan bumbu alami untuk memberikan rasa pada makanan Anda, alih-alih mengandalkan saus atau bumbu siap pakai yang tinggi gula.

Anda juga bisa mencoba menggunakan pemanis alami seperti madu atau stevia dalam jumlah yang sangat sedikit, namun tetap perhatikan takarannya.

5. Hindari Makanan Olahan
Makanan olahan seperti kue, permen, biskuit, dan makanan ringan kemasan umumnya tinggi gula, lemak, dan sodium. Batasi konsumsi makanan olahan ini dan pilihlah alternatif yang lebih sehat seperti buah segar, kacang-kacangan, atau yogurt tanpa rasa.

Jika Anda ingin menikmati makanan manis, buatlah sendiri di rumah menggunakan bahan-bahan alami dan kurangi jumlah gula yang digunakan.

6. Perhatikan Camilan
Camilan adalah salah satu sumber gula tambahan yang seringkali luput dari perhatian. Pilih camilan sehat seperti buah-buahan segar, sayuran mentah, kacang-kacangan, atau yogurt tanpa rasa.

Hindari camilan kemasan yang mengandung banyak gula, lemak trans, dan sodium. Jika Anda merasa lapar di antara waktu makan, minumlah segelas air putih atau makan buah untuk menghilangkan rasa lapar.

Kesimpulan
Terlalu banyak mengonsumsi gula memiliki dampak negatif yang signifikan terhadap kesehatan otak. Gula dapat mengganggu fungsi kognitif, memicu peradangan, menyebabkan gangguan mood seperti depresi, dan bahkan memicu kecanduan. Untuk menjaga kesehatan otak yang optimal, sangat penting untuk membatasi konsumsi gula dan mengadopsi pola makan yang sehat.

Dengan membaca label makanan, memilih makanan alami, dan mengurangi konsumsi minuman manis, kita dapat mengurangi asupan gula secara bertahap. Selain itu, memasak di rumah dan memilih camilan sehat juga merupakan langkah penting dalam mengurangi konsumsi gula.

Ingatlah bahwa perubahan pola makan membutuhkan waktu dan kesabaran. Dengan konsisten menerapkan tips-tips di atas, kita dapat menikmati hidup yang lebih sehat dan bahagia.
Selain itu, Anda juga perlu istirahat yang cukup, olahraga teratur, dan manajemen stres untuk kesehatan otak secara keseluruhan.
Pewarta : PR Wire
Editor: PR Wire
COPYRIGHT © ANTARA 2024