Jakarta (ANTARA Babel) - Masyarakat diminta untuk mewaspadai cuaca ekstrem hingga pertengahan Januari karena menurut data citra satelit seluruh wilayah Indonesia tengah diliputi awan tebal pembawa potensi hujan lebat dan angin kencang penyebab banjir dan longsor.

"Laut di sekitar Indonesia saat ini cukup hangat, lebih hangat dua derajat dari rata-rata, itu berarti penguapan lebih masif yang menjadi sumber pembentukan awan," kata Deputi Bidang Sains, Pengkajian dan Informasi Kedirgantaraan Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan) Prof Dr Thomas Djamaluddin di Jakarta, Rabu.

Seberapa ekstrem cuaca, menurut dia, bisa dilihat dari peta angin yang menunjukkan adanya daerah tekanan rendah di Selatan Nusa Tenggara dengan tekanan sekitar 998 mbar (millibar), lebih rendah dari rata-rata yang sekitar 1.013 mbar.

Daerah tekanan rendah itu berpotensi menimbulkan pusat badai (siklon) tropis yang menyedot udara di sekitarnya dan berpotensi menimbulkan angin kencang, tambahnya, di mana data menyebut kecepatannya saat ini sekitar 40 knot (80 km/jam).

"Buktinya badai yang dinamai Narelle telah terbentuk di selatan Nusa Tenggara. Badai itu akan bergerak ke arah Barat menuju selatan Jawa, sebelum akhirnya melemah dan hilang," katanya.

Ia menjelaskan karena pusat badai adalah daerah tekanan rendah, maka udara di sekitarnya akan disedotnya sehingga menimbulkan angin kencang yang berdampak pada terjadinya gelombang tinggi di laut sekitar pusat badai.

Jadi, laut di sekitar Nusa Tenggara, Jawa, dan Sulawesi berpotensi kena dampaknya yakni gelombang tinggi sekitar 2-6 meter, ujarnya.

"Pusat badai itu juga menyedot awan di sekitarnya, sehingga di pusat badai, awan akan sangat tebal. Dan karena badai bergerak ke Barat, maka kumpulan awan juga akan mengikutinya menuju sebagian wilayah Jawa," katanya.

Kandungan massa air di awan tersebut menjulang sangat tinggi dan sangat masif yang itu berarti di wilayah di sekitar pusat badai yang sedang menuju ke Barat itu berpotensi diguyur hujan lebat, disertai angin kencang, kata Thomas.

Pewarta:

Editor : Wira Suryantala


COPYRIGHT © ANTARA News Bangka Belitung 2013