Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Kepulauan Bangka Belitung menyebutkan Babel berpotensi mengalami krisis air bersih selama musim kemarau tahun ini, karena provinsi penghasil bijih timah itu belum memiliki sumber air baku.

"Hingga saat ini masyarakat masih mengandalkan hujan untuk memenuhi kebutuhan air bersihnya," kata Kepala BPBD Provinsi Kepulauan Babel, Mikron Antariksa di Pangkalpinang, Senin.

Ia mengatakan potensi kekeringan dan krisis air bersih selama musim kemarau ini cukup tinggi, karena sumber air masyarakat masih mengandalkan hujan atau tadah hujan.

"Jika di Pulau Jawa dan Sumatera ada sumber air bakunya, seperti sungai, gunung dan danau di bawah tanah, sementara Bangka Belitung hanya tadah hujan semua. Air hujan digali menjadi sumur untuk mendapatkan air bersih," ujarnya.

Menurut dia apabila musim kemarau tahun ini berlangsung tiga hingga empat bulan, maka akan terjadi kekeringan dan krisis air di masyarakat.

"Untuk saat ini ketersediaan air masyarakat masih bisa ditanggulangi, namun demikian perlu antisipasi untuk mencegah krisis air ini," katanya.

Minsalnya, mengoptimalkan kampanye penggunaan air secara bijaksana. Di saat musim hujan masyarakat diajak menggunakan air dengan baik dan di saat musim kemarau masyarakat diharapkan menghemat pengunaan air tersebut.

"Dalam waktu ini, kita akan menggelar rapat koordinasi terkait kekeringan di Babel dan rakor ini akan dipimpin langsung oleh Gubernur Kepulauan Babel," katanya.

Kepala Seksi Kedaruratan BPBD Kepulauan Babel, Aswin mengatakan BPBD telah menyiagakan dua unit mobil tengki air untuk mengatasi krisis air masyarakat selama musim kemarau tahun ini.

"Kami berharap masyarakat melapor jika sudah mengalami krisis air bersih," katanya.

Pewarta: Aprionis

Editor : Rustam Effendi


COPYRIGHT © ANTARA News Bangka Belitung 2019