Nelayan tradisional di Desa Kurau, Kabupaten Bangka Tengah, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, mengeluhkan kondisi pendangkalan alur masuk dermaga tambatan perahu mereka.

"Kalau terjadi pasang surut, para nelayan mengalami kesulitan untuk merapat ke pelabuhan dan demikian juga sebaliknya nelayan kesulitan untuk pergi melaut," kata Retno, salah satu ketua kelompok nelayan Desa Kurau Barat, Minggu.

Ia menjelaskan, para nelayan baik yang akan pergi melaut maupun yang pulang dan ingin merapat ke dermaga harus menunggu laut pasang untuk bisa menjalankan perahunya.

"Kendala kami adalah pendangkalan alur masuk, terutama nelayan yang sudah pulang dari melaut harus menunggu beberapa jam untuk bisa menepi karena menunggu laut pasang," ujar Retno yang biasa disapa Mas Gondrong itu.

Kondisi demikian, kata dia, membuat hasil tangkapan ikan nelayan menjadi tidak segar dan juga berpengaruh terhadap ongkos operasional dan persediaan makanan.

"Demikian juga nelayan yang ingin turun melaut, harus menunggu sampai satu hari untuk bisa menjalankan perahu mini mereka karena harus menunggu laut pasang," ujarnya.

Ia mengatakan, kondisi tersebut sudah disampaikan kepada pemerintah daerah dan bahkan disampaikan di hadapan Menteri Kelautan dan Perikanan RI Edi Prabowo saat berkunjung ke Kurau beberapa waktu lalu.

"Desa Kurau ini satu dari daerah penghasil ikan terbesar, bahkan dikenal dengan produksi ikan segarnya. Tetapi dengan kondisi alur dermaga yang dangkal tentu juga berpengaruh terhadap kondisi ikan yang terlalu lama di dalam perahu," ujarnya.

Pewarta: Ahmadi

Editor : Adhitya SM


COPYRIGHT © ANTARA News Bangka Belitung 2019