Koba (Antaranews Babel) - Nelayan di Desa Kurau, Kecamatan Koba, Kabupaten Bangka Tengah, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, mengeluhkan pendangkalan alur di kawasan muara Sungai Kurau, sehingga menyulitkan mereka menambat perahu setelah pulang dari melaut.
"Muara Sungai Kurau merupakan kawasan tambatan perahu nelayan yang sekarang kondisinya terjadi pendangkalan cukup parah, sehingga menyulitkan kami untuk menurunkan dan menambatkan perahu," kata Kepala Desa Kurau Timur Kasim di Kurau, Senin.
Ia menjelaskan, kondisi pendangkalan alur muara sungai tersebut membuat para nelayan terhambat untuk beraktivitas karena harus menunggu air laut pasang untuk bisa menjalankan perahu mereka.
"Alur muara Sungai Kurau ini terakhir dikeruk pada 2008 dan sejak itu hingga sekarang tidak pernah lagi dikeruk, padahal muara Kurau satu-satunya tambatan perahu ratusan nelayan di daerah ini," katanya.
Pihaknya sudah pernah mengajukan surat secara resmi kepada Pemprov Bangka Belitung untuk dibantu melakukan pengerukan alur muara sungai tersebut namun hingga sekarang belum ada tanggapan.
"Kami masih menunggu tanggapan dari Pemprov Babel karena kondisi tersebut sudah menjadi keluhan hampir semua nelayan di daerah ini," katanya.
Sementara Mulyadi, seorang nelayan Kurau mengatakan muara sungai Kurau merupakan satu-satunya tambatan perahu nelayan di daerah itu untuk menurunkan dan menaikkan hasil tangkapan.
"Sekarang kondisinya nelayan harus menunggu laut pasang untuk bisa menjalankan perahu mereka dan demikian juga ketika mau sandar perahu mereka harus didorong dan diangkat," katanya.